Search

Wednesday, December 28, 2011

jalan raya terbaik di indonesia

Jalan Rusia, adanya di Kalimantan Tengah. Kenapa dinamakan Jalan Rusia, itu dikarenakan memang yang membangun jalan tersebut adalah insinyur-insinyur dari Rusia. Pembangunan jalan tersebut dimulai pada tahun 1960-an. Jadi bisa hitung sendiri usia dari jalan tersebut. Namun, walaupun sudah termakan usia konstruksi jalan tersebut masih kokoh dan mulus. Bandingkan dengan jalan-jalan yang dibuat oleh insinyur-insinyur kita saat ini, belum setahun sudah lobang dan rusak.

Ne,. kisah tentang saksi hidup dari pembangunan Jalan Rusia.

Nenek Lena, Pembangun Jalan Rusia di Tangkiling - KALIMANTAN

Selepas lulus dari universitas Kazan, Rusia tahun 1955, Lena memulai karirnya sebagai insinyur lesomelioratsia (pengairan, kehutanan dan kontruksi) dalam proyek pembangunan jalan di Buryatia dekat perbatasan Mongolia.

Di kota ini pula Lena bertemu Alexander Yurievich Kovalcuk-Khimyuk, insinyur konstruksi jalan raya asal Kharkov, Ukraina, yang kemudian menyuntingnya
sebagai istri. Dari perkimpoian tsb mereka dikaruniai 1 anak 1 cucu dan 1 buyut. Sang suami tahun 1988 meninggal dunia dalam usia 59 tahun karena serangan jantung. Lena sendiri saat ini tinggal bersama putrinya,
Lyudmila Alexandrovna Kovalcuk-Khimyuk, yang bekerja sebagai dosen di Kyiv Politechnic Institute.

Menuju Kalimantan

Awal tahun 1964 Lena dan suami yang telah berpengalaman membangun jalan di tanah rawa (bolota) Mongolia maupun tempat lain di Uni Soviet, mendapat instruksi dari Kementerian Transportasi dan Pembangunan Uni Soviet untuk mengerjakan proyek pembangunan jalan di Kalimantan. Kemampuan bahasa Inggris suami menjadikannya terpilih mengepalai belasan insinyur, dokter maupun pekerja Soviet lain dalam proyek ini. Sayangnya, Lena tidak dapat menjelaskan asal muasal, nilai maupun target proyek kerjasama Indonesia – Uni Soviet ini.

Sekiranya sang suami masih hidup, mungkin informasi ini dapat dijelaskan. Di zaman Soviet, adalah tabu menanyakan hal-hal diluar tugas masing-masing.
Semua orang hanya menjalankan instruksi Moskow dan tidak perlu bertanya macam-macam. Bersama 20 expat Soviet dan keluarga mereka, bulan April tahun 1964 Lena terbang dengan Aeroflot dari Moskow ke Tashkent lalu Karachi, Jakarta dan Banjarmasin. Ini merupakan pengalaman pertamanya terbang ke luar negeri. Dari Banjarmasin mereka meneruskan naik kapal selama 2 hari menuju Palangkaraya.

Tiba di Palangkaraya, tim insinyur Soviet ini langsung dihadapkan masalah yang ditinggalkan tim sebelumnya: jalan rusak, pabrik pengolahan aspal yang belum rampung, serta sekitar 100 kendaraan dan alat berat buatan Soviet teronggok.

Tugas pertama tim ini adalah memfungsikan seluruh kendaraan agar tidak menjadi besi tua, membenahi gorodok (areal yang disediakan Pemprov Kalteng berisi 10 rumah bagi pekerja Soviet tinggal), dan mengkoordinasi tugas dengan mitra Indonesia mereka yang dipimpin Ir. D. Mekar Soeria Widjaja serta pekerja setempat.

Sepotong Jalan Rusia dan Impian Soekarno
Tahun 1960-an, insinyur Rusia membangun jalan dari Palangkaraya menuju Tangkiling sepanjang 34 kilometer. Inilah jalan terbaik di trans-Kalimantan yang dilalui Tim Jelajah Kalimantan Kompas bersama Departemen Pekerjaan Umum, Jumat (13/2). Stabilnya konstruksi jalan disebabkan insinyur Rusia terlebih dahulu mengeruk gambut di ruas ini.

Jalan aspal itu lurus dan mulus. Tak ada guncangan ketika mobil melaju kencang di atasnya. Ini berbeda dengan jalan trans- Kalimantan dari Nunukan, Kalimantan Timur, hingga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang penuh lubang dan bergelombang.

Warga setempat mengenal jalan itu sebagai Jalan Palangkaraya-Tangkiling. Namun, Gardea Samsudin (70) mengenangnya sebagai Jalan Rusia.

Samsudin, lelaki asal Bandung, Jawa Barat, adalah sedikit saksi yang tersisa dari sepotong jalan sepanjang 34 kilometer dengan lebar 6 meter yang dibangun oleh para insinyur dari Rusia—dulu The Union of Soviet Socialist Republics. Bersama puluhan warga Dayak, Samsudin dan ratusan orang Jawa lain bekerja di bawah arahan belasan insinyur Rusia. ”Saya ikut menyusun batu-batu yang menjadi fondasi jalan ini,” kata Samsudin yang kini menetap di Palangkaraya.

Tak gampang mencari saksi lain pembangunan Jalan Rusia yang mau bicara. Sabran Achmad (80), tokoh masyarakat Kalteng, menuturkan, banyak pekerja yang ikut membangun Jalan Rusia itu menyembunyikan diri. Ini tidak lepas dari politik Orde Baru yang memberi stigma hitam kepada sesuatu yang berbau Orde Lama. Dan, jalan yang dibangun oleh insinyur Rusia itu memang berasal dari era Soekarno, yang dekat dengan negara Blok Timur itu tahun 1950 hingga 1960-an.

”Jalan itu dibangun menandai pembangunan Kota Palangkaraya. Sebelumnya, jalan itu berupa hutan lebat. Pohon-pohonnya besarnya segini,” kata Sabran sambil melingkarkan kedua lengannya.

Mimpi Soekarno

Pada mulanya adalah ayunan kapak Presiden Soekarno pada sebilah kayu di Pahandut, Kampung Dayak, di jantung Kalimantan, 17 Juli 1957. Sebilah kayu yang dibelah itu menandai pembangunan kota baru yang diimpikan Soekarno. Kota baru ini kemudian diberi nama Palangkaraya yang berarti tempat suci, mulia, dan agung, yang didesain sebagai ibu kota Indonesia Raya.

Namun, mimpi Soekarno tak pernah jadi kenyataan. Palangkaraya saat ini hanyalah sebuah ibu kota Provinsi Kalteng yang gelap dan tak bergairah karena kekurangan pasokan listrik.

Dirancang sebagai ibu kota negara, awalnya Palangkaraya dibangun dengan konsep yang jelas. Ada pengelompokan fungsi bangunan yang memisahkan fungsi pemerintahan, komersial, dan permukiman. Tata kotanya dirancang dengan memadukan transportasi darat dan sungai.

Sungai Kahayan menjadi pusat orientasi di sebelah utara kota. Sebuah jalan darat dibangun di pusat kota menuju arah Sampit. Jalan itulah yang kini dikenal sebagai Jalan Rusia, ruas jalan nasional terbaik sepanjang jalan trans-Kalimantan yang dilalui Tim Jelajah Kalimantan Kompas bersama Departemen Pekerjaan Umum (PU). ”Kita tak pernah lagi membangun jalan sebaik Jalan Rusia yang masih mulus walau sudah puluhan tahun. Lihatlah, jalan-jalan lain di Kalimantan yang baru dibangun cepat sekali rusak,” kata Wibowo, staf Departemen PU anggota Regional Betterment Office VII Banjarmasin.

Menggali gambut
Sepotong jalan itu menjadi saksi kemahiran insinyur-insinyur Rusia membangun jalan di tanah yang sangat berbeda kondisinya dengan negara asal mereka. Sabran mengisahkan, semua gambut di tapak jalan dikeruk. ”Setelah gambut dikeruk, terciptalah alur seperti sungai. Lalu, alur itu diisi batu, pasir, dan tanah padat,” kata Sabran.

Pada 17 Desember 1962, pembangunan fondasi Jalan Rusia selesai. Pada tahun-tahun berikutnya, tinggal pembuatan drainase, pengerasan, dan pengaspalan. Pekerjaan yang lambat, tetapi hasilnya prima.

Namun, pembangunan jalan yang direncanakan sepanjang 175 kilometer melewati Parenggean lalu ke Sampit dan Pangkalan Bun kemudian menghubungkan Palangkaraya dengan pelabuhan-pelabuhan sungai menuju ke Jawa ini dihentikan awal tahun 1966. Ketika itu jalan yang terbangun baru 34 km.

Pergantian kekuasaan pasca-Gerakan 30 September 1965 membuat orang-orang Rusia bergegas meninggalkan Indonesia. Semua pekerja proyek menyembunyikan diri karena tak ingin disangkutpautkan dengan Rusia, Partai Komunis Indonesia, atau bahkan Soekarno.

Cerita pembangunan Jalan Rusia itu pun tamat. Segala yang berbau Rusia dihapus, termasuk ilmu pembangunan jalan yang diajarkan insinyur mereka di ruas Palangkaraya-Tangkiling. Pembangunan jalan di Kalimantan tidak pernah lagi dimulai dengan mengeruk gambut. Namun, cukup dengan fondasi berupa kayu galam yang ditancapkan di lahan gambut itu (fondasi ini dikenal sebagai cerucuk). Pembangunan jalan menjadi lebih murah dan cepat, tetapi konstruksi jalan tidak awet.

Kepala Bidang Bina Marga Dinas PU Provinsi Kalteng Ridwan Manurung menuturkan, secara teori, ruas Palangkaraya- Tangkiling yang dibangun Rusia itu yang benar. ”Saat membuka trase jalan, harus diperhatikan struktur tanah dasar, fondasi, dan lapisan penutupnya. Jika ada tanah humus, harus diganti dengan pasir, tanah padat, atau granit. Sedalam apa pun gambutnya, harus dibuang,” katanya.

Menurut Wibowo, pembangunan jalan dengan teknik Rusia itu membutuhkan biaya tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan teknik yang dilakukan dengan cerucuk, seperti yang sekarang kita buat. ”Namun, umur jalan dengan teknik Rusia itu bisa lima kali lipat dari jalan kita,” katanya.

Apa semua proyek jalan di negara ini harus dikerjakan oleh insinyur-insinyur Rusia?????
Apa bangsa ini gak malu??????

2 comments:

  1. heran perkembangan teknologi sangat pesat kemampuan anak negeri jangan di tanya tapiii....kok gak mampu menyaingi produk rusia era 60an?????
    whats wrong??????

    ReplyDelete
  2. hooh nyah aneh abdi geh

    hatur nuhun nya info jalan na

    ReplyDelete

Trima kasih atas Kunjungannya..... Tolong..... tinggalkan komentar/pesan agar saya dapat belajar dan belajar, sehingga kelak blog ini dapat bermanfaat.....