(19 November 1917-31 Oktober 1984)
Indira Gandhi
Siapa pun orangnya,
menjadi perdana menteri india perlu nyali besar bahkan harus siap bertaruh
nyawa. Negeri ke-7 terbesar di dunia itu sarat dengan berbagai macam problema.
Mulai dari pengentasan kemiskinan, pemberantasan kemiskinan, pemberantasan
penyakit, korupsi dan konflik berbagai etnis maupun agama. Belum lagi, berbagai
konsekwensi dari ambisi india memasuki era teknologi modern.
Bagi PM Indira Gandhi
(Priyadar Shini) beban ini semakin bertambah dengan kebangkitan kaum Sikh tahun
1984 yang menuntut otonomi penuh kawasan Punjab. Saat itu kaum Sikh menumpuk
kekuatan dan persenjataan di kompleks kuil Emas, Amritsar sebagai markas
pemberontakannya.
Kekauatan Sikh tersebut
tak hanya merongrong integritas Negara, melainkan juga membahayakan komunitas
hindu karena yang dijadikan markas mereka adalah tempat suci kaum hindu. Di
lain pihak keberhasilann operasi militer, Blue Star, yang dilancarkan
pemerintah Indira Gandhi menumpas pembangkang Sikh di Kuil Emas tersebut justru
menjadi bumerang. Tewasnya ratusan kaum Sikh dan rusaknya kuil membuat Indira
Gandhi mendapat kecaman dari golongan Sikh.
Beant Singh dan Satwant Singh
Adalah ajun inspektur
Beant Singh anggota pengawal PM indira Gandhi yang telah bertugas selama 8
tahun. Rupanya di balik kesetiaan itu Gandhi tak mengira kalau si pengawal
punya hubungan dekat dengan ekstrimis Sikh. Kepercayaan yang sudah digenggam
dan kemudahan akses fisik dengan indira Gandhi membuat Beant Singh dipilih oleh
kelompok radikal Sikh menagih “Utang Nyawa” kepada sang Perdana Menteri.
Untuk melaksanakan
rencananya, ia merekrut asisten sesama pejuang Sikh, Satwant Singh (24),
anggota kepolisian New Delhi yang baru di alihtugaskan ke jajaran pengawal PM.
Hari itu tanggal 31
oktober 1984, upacara pertama Gandhi melayani wawancara televisi dengan Peter
Ustinov. Tumben kali ini Gandhi agak pesolek, suatu hal yang nyaris tak pernah dilakukannya.
Anehnya lagi, ia menolak rompi anti peluru yang selalu dipakainya setiap kali
tampil di tempat umum. Alasannya, nanti tubuhnya kelihatan gendut. Sepintas
memang sepele, tapi terbukti kemudian ini merupakan kesalahan fatal.
Ketika berjalan melalui
koridor terbuka yang menghubungkan kediamannya dengan kantor di Akbar House,
Indira dikawal lima petugas pimpinan Dinesh Bhatt. Sementara Beant Singh dan
Satwant Singh menempati posnya di bawah kerimbunan pohon bougenvile tak jauh dari
jalan yang dilalui indira. Ketika melewati dua pengawal itu, sang PM masih
sempat senyum kepada keduanya. Bahkan senyuman negarawati kawakan itu masih
mengembang ketika tiba-tiba Benat Singh menembakkan pistol kaliber 38 tiga kali
langsung mengenai majikan yang harus dijaganya. Pada saat yang hampir
bersamaan, Satwant memuntahkan peluru Sten-nya kearah indira yang kemudian roboh
ke tanah.
Indira Gandhi
Mengetahui sang PM
roboh, para petugas keamanan lain segera mengetahui dan menembaki kedua pelaku
tersebut. Dalam baku tembak itu Beant tewas seketika, sementara Satwant terluka
parah.
No comments:
Post a Comment
Trima kasih atas Kunjungannya..... Tolong..... tinggalkan komentar/pesan agar saya dapat belajar dan belajar, sehingga kelak blog ini dapat bermanfaat.....