Kepada the Washington
chronicle, Lincoln pernah berkata, “satu-satunya cara melindungi presiden
adalah dengan memenjarakan dia dalam kota besi yang membuatnya tidak mempan tembakan
musuh, tapi sekaligus juga tidak bisa bekerja untuk negaranya”.
Kalimat tersebut memang
terdengar amat sinis. Tapi dari situlah orang bisa menilai, betapa tegarnya
pribadi Abraham Lincoln. Ia sadar betul bahwa suatu saat nanti bisa jadi korban
mereka yang tidak menyukai kebijakannya. Apalagi saat itu permusuhan orang
utara dan selatan sedang menghangat. Sejarah pun membuktikan hal itu. Betapa
tidak? Sepanjang masa jabatannya, ia 82 kali lolos dari percobaan pembunuhan
yang terakhir terjadi tahun 1862, meski ia selamat karena peluru hanya mengenai
topinya.
Jumat, 14 april 1865,
setelah pertemuan kabinet ia mengajak jenderal Ulysses S. Grant untuk
menemaninya menonton Opera Our American Cousin karya Tom Taylor. Tapi karena
sudah kadung ada janji dengan keluarganya untuk pergi keluar kota, Grant menolak.
Di lain pihak John Wilkes Booth, actor terkenal dari selatan yang tidak suka
dengan kebijakan Lincoln, dan sekelompok ekstrimis telah lama punya rencana
untuk menggulingkan presiden dan rezimnya. Caranya dengan menyingkirkan
presiden dan wakilnya, Andrew Johnson, serta Menlu William H. Steward.
Kedatangan presiden di
gedung opera itu akan dimanfaatkan Booth untuk melaksanakan rencana busuknya.
Sebelum in action, Booth sempat mematangkan rencana dengan anggota komplotan
lainnya, George A. Atzerodt, Sam Arnold, David Herold dan Lewis Paine.
Dalam pertemuan rahasia
itu akhirnya disepakati pembagian tugasnya sebagai berikut : Paine di bantu
Herold bertugas membunuh William H. Steward dan Booth membunuh presiden
Pada hari yang
ditentukan, pukul 19.20 ketika opera sedang berlangsung, Booth masuk ke gedung
opera dengan menyamar. Berpakaian serba hitam, ia memakai janggut palsu.
Disabuk terselip pisau belati, sementara di dalam baju komprangnya tersimpan
dua pistol Colt. Merasa belum cukup menenteng senjata 6 inci Derringer yang
sudah terisi siap terkokang. Persiapan yang dilakukannya nyaris sempurna.
Kebetulan saat itu
pengawal John Parker sedang tidak berada di posisinya, kesempatan itu
dimanfaatkan dengan baik oleh Booth. Pada saat adegan di panggung lagi seru, Booth
menyelinap ke balkon ruang presiden yang kala itu didampingi Walikota Washington
Rathbone, dan menembakan Derringer-nya
tepat dibelakang kepala Lincoln di atas telinga kiri. Peluru langsung menembus otak
dan mendekam di belakang mata kanannya.
Melihat presidennya tergeletak, Rathbone meloncat untuk meringkus si penembak. Tapi Booth melawan bahkan sempat menusukan pisau ke lengan Rathbone. Setelah itu si penembak meloncat ke panggung, dan menghilang ke luar setelah pergelangan kakinya terluka oleh besi pembatas. Pukul 07.20 ke esokan harinya presiden Abraham Lincoln dinyatakan tewas.
Sementara itu di tempat lain. Lewis Paine meski
berhasil menyusup ke dalam rumah Menlu Steward dan mensukan belati ternyata
Steward berhasil lolos. Atzerodt yang mestinya bertugas membunuh wakil presiden
malah mabuk di sebuah pub.
No comments:
Post a Comment
Trima kasih atas Kunjungannya..... Tolong..... tinggalkan komentar/pesan agar saya dapat belajar dan belajar, sehingga kelak blog ini dapat bermanfaat.....