BUKU MOSSAD MENGUAK TABIR DINAS INTELEJEN ISRAEL (DENIS EISENBERG, ELI LANDAU DAN URI
BAB TIGA
JOSSELE
Hari
itu akhir Februari 1962, hamper dua tahun setelah misi spektakuler yang
berhasil membawa Adolf Eichmann ke hadapan pengadilan Israel.
Kini,
Isser sedang memberikan pengarahan tentang suatu misi lain.
“Meskipun
kita mengadakan operasi yang berbeda dari biasanya.” Kata Isser menyimpulkan,
“Namun masalah ini sangat penting.
“Misi
ini penting karena latar belakang sosial dan keagamaannya.
“Misi
ini penting karena masalah emanusiaan yang tercakup di dalamnya.
Pidato
selesai. Seluruh anak buah Isser berjalan diam-diam keluar rungan briefing di
markas besar Mossad.
Jika
mereka kebingungan, tak seorang pun bisa mempersalahkan mereka. Seorang anggota
Mossad harus selalu siapp menghadapi bahaya dan kesulitan dalam pekerjaan,
namun masalah ini sangat tak lazim.
Isser
Harel hendak mengutus orang-orang terbaik dari dinas rahasia Israel untuk
menemukan seorang anak laki-laki berusia Sembilan tahun.
Anak
ini bernama Joseph (“Jossele”) Schumacher dan ketika itu, walaupun ia sendiri
tak menyadariya. Sedang menjadi pusat pertikaian cultural dan politik yang
berdampak sangat besar bagi seantero Negara Israel.
Jossele
dilahirkan si Israel pada Maret 1953, putra Arthur dan Ida Schumacher.
Ayah
Ida, Nahman Shtarkes, adalah seorang tua yang amat sangat regilius. Ia sudah
kehilangan tga jari kaki dan sebelah mata ketika tinggal di Siberia karena
perintah dari pemerintah Rusia.
Salah
seorang puteranya dibunuh oleh gerombolan Anti-Semit
(sikap
mendiskriminasi, memusuhi atau berprasangka buruk terhadap orang-orang Yahudi
(Semilik)
dan pemerintah tak berbuat apa-apa. Kebenciannya terdapat orangorang rusia
nyaris sekuat keyakinan agamanya.
Nahman-lah
yang meyakinkan putera-puteranya yang masih hidup serta puterinya ida untuk
pindah ke Israel setelah perang dunia ke dua berakhir. Ia ikut berimigrasi
bersama mereka.
Ida dan
Arthur mendapati bahwa kehidupan di Tanah
Perjanjian (sebutan
orang yahudi untuk negeri kanaan (palestina), berdasarkan perjanjian natar
tuhan dengan nabi Ibrahim yang terdapat daam kitab suci)
sangat sulit. Israel
masih menderita dampak perang kemerdekaannya yag di perjuangkan dengan susah
payah. Pekerjaan, makanan dan uang sangat langka.
Karena
tak dappat mempprakktekkan keahliannya sebagai penjahit, Arthur Schumacher
bekerja di suatu pabrik dan Ida bekerja di suatu studio foto. Mereka sangat
kekurangan uang dan ketika Zena, putera pertama mereka lahir dengan terpaksa
mereka mengirimnya untuk tinggal di suatu desa orang-orang yahudi aliran Hasidis (Judaisme Hasidis, aliran agama yahudi
yang berkembang di eropa timur sejak abad ke-18 dan diprakarsaii oleh Rabii
Israel Ben Eliezer).
Pada
1953, putra kedua mereka lahir. Namanya adalah Joseph namun ia segera dikenal
dengan nama Jossele.
Mereka
mengirim Jossele untuk tinggal bersama kakeknya di bagian kota Yerusalem yang
bernama Mea Shearim (adalah
salah satu bagian kota Yerusalem yang tertua),
suatu wilayah
yang dihuni oleh orang-orang yahudi yang paling regilius.
Nahman
Shtarkes adalah anggota sekte yang bernama Neturei Karta, Para penjaga tembok
kota. Sekte Yahudi yang paling ortodoks dan sangat fanatik ini menolak mengakui
Negara Israel. Para pemudanya menolak masuk dinas militer.
Shtarkes
dan cucunya cepat sekali akrab satu sama lain, dan sang kakek berniat untuk
mendidik Jossele agar menjadi seorang Yahudi yang sangat ortodoks.
Tetapi,
Ida dan Arthur lebih memperhatikan masalah-masalah praktis. Pada salah satu
dari sekian banyak kunjungan mereka untuk menemui Jossele, Ida menyampaikan
bahwa Ida dan Arthur mungkin akan pindah ke Amerika. Ida menjelaskan bahwa di
Israel sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan.
Nahman
Shtarkes terkejut.
“Jossele
takkan keluar dari Israel,” katanya bersumpah. Demikianlah akhir percakapan
antara ayah dan puterinya.
Akhirya,
sesudah lima tahun bekerja keras, keadaan keluarga Schumacher mulai membaik.
Mereka
bahkan mampu membeli apartemen di dekat Tel Aviv, dan akhirnya, mereka bisa
membawa anak-anak untuk tinggal bersama. Ida mengambil Zena
Sinagoga |
Tetapi
Nahman Shtarkes merasa curiga. Ia tak menyetujui cara hidupp Arthur dn Ida
sebagai orang Israel Mordern yang sekuler, mereka hanya punya waktu sedikit
untuk bersembahyang dan melaksanakan ritual-ritual keagamaan setiap hari secara
penuh (para penganut agama Yahudi di
tuntut untuk bersembahyang tiga kali sehari dan empat kali pada hari sabat,
yaitu mulai matahari terbenam pada hari jumat hingga sabtu malam).
Yang
lebih buruk lagi. Nahman tidak melupakan ancaman mengerikan dari Ida, yaitu
mereka mungkin akan meninggalkan Tanah Suci.
Sesudah
mencoba selama berjam-jam akhirnya ia berhasil meyakinkan Ida bahwa mungkin
akan lebih baik bagi anak itu jika ia diperbolehkan tinggal sedikit lebih lama
di Yerusalem.
Untuk
beberapa lama Jossele masih tinggal bersama kakeknya, namun akhirnya Ida
kembali memohon sambil menangis.
“Tolonglah
ayah kembalikan anak itu”
Shtarkes
pun menyerah dan dengan suara sedih,ia berjanji untuk mengembalikan Jossele
pada akhir minggu berikutnya. Ia hanya ingin tinggal beberapa hari lagi bersama
anak pandai yang sangat dicintainya. Pada hari yang dingin di bulan desember
1959, Ida mencium anaknya dan mengucapkan selamat tinggal dengan bahagia
sebelum naik bis untuk pulang ke Tel Aviv. Dalam perjalanan dengan bis selama
Sembilan puluh menit, ia hanya berpikir betapa gembiranya nanti jika seluruh
keluarga pada akhirnya tinggal bersama satu rumah.
Ida
takkan melihat anaknya selama hampir tiga tahun.
Nahman
Shtarkes sudah memutuskan untuk mendidik Jossele menjadi orang yahudi yang taat
dan jika harus merebut Jossele dari tangan ibunya, ia akan melakukannya. Lebih
baik anak itu diasuh oleh rabi-rabi Neturei Karta.
Ketika
Ida kembali ke Yerusalem, Jossele hilang begitu saja. Kakeknya tak mau member
tahu ibu Jossele kemana anak itu pergi.
Sesudah
berminggu-minggu memohon dengan sia-sia
kepada ayahnya, ida pun melapor ke polisi. Mereka mendatangi rumah Nahman
Shtarkes, namun orang tua itu tak mau mengatakan apapun.
“Menyelamatkan
satu jiwa berarti menyelamatkan seluruh dunia. Saya tidak akan member tahu
kalian di mana anak itu berada.”.
Pengadilan
tinggi memerintahkan agar kakek Jossele dimasukan ke penjara hingga ia berjanji
untuk mengeluarkan anak itu dari tempatnya disembunyikan.
Tetapi
Shatarkes menyatakan bahwa hal ini “Bukan masalah besar” bagi seorang yahudi tua
keras kepala yang dulu pernah di penjara di Siberia selama delapan tahun. Para
petugas penjara tak menyetujui tindakannya namun menghormati keyakinan
agamanya, dan mereka memperlakukan lebih sebagai tamu terhormat ketimbang
penjahat.
Sebaliknya,
mahkamah agung menyebut hilangnya Jossele sebagai sesuatu “Kejahatan
mengerikan”. Tetapi sedikit saja yang bisa mereka lakukan. Para tetua Neturei
Karta, yang dibantu oleh sekte-sekte keras lainnya, menutup diri rapatt-rapat
bagaikan kepompong. Polisi menghabiskan waktu berminggu-minggu mengunjungi
seluruh lembaga keagamaan, sekolah-sekolah dan sinagoga-sinagoga (rumah
peribadatan agama yahudi)
di seluruh Israel. Mereka mencari dan bertanya kemana-mana.
Hasilnya
Nol besar. Tak satupun jejak yang ditemukan.
Sementara
itu, Ida masalahnya kepada para wartawan dan skandal ini pun menjadi berita
utama. Gambar-gambar kartun mengejek dan menertawakan usahausaha polisi serta
pemerintah untuk menemukan anak itu. Setiap kali seorang polisi mengeluarkan
karcis tilang, ia harus menahan ucapan-ucapan yang menhina : Daripada
membuang-bunag waktu denda saya, mengapa kamu tidak mencari Jossele saja?
Di
pos-pos polisi tertulis empat patah kata menggunakan kapur yang membuat para
penegak hukum dan ketertiban merasa jengkel “Jossele ada dimana”.
Kerja
keras para detektif dan polisi berseragam selama berbulan-bulan sama sekali
tidak membuahkan hasil. Tampaknya Jossele sudah lenyap di telan bumi ini.
Pada
musim semi 1960, masalah Jossele berkembang menjadi masalah politik yang
serius.
Sejak
Negara Israel dibentuk, sesungguhnya sudah ada perpecahan diantara orang-orang
yahudi regilius dan orang-orang yang ingin membangun Negara Israel sebagaimana
Negara-negara sekuler modern lainya. Mereka ingin membebaskan diri dari
kungkungan hukum dan peraturan kuno yang menurut mereka terlalu kaku dan tak
dapat diterapkan di zaman modern.
Masalah
Jossele membuat segala selisih pendapat ini muncul ke permukaan.
Orang
yang pertama kali menyadari adanya sesuatu yang akan meledak adalah Rabi Shalomo
Laurenz, seorang anggota partai Israel Agudat. Israel Agudat adalah partai
religious ortodoks namun lebih modern ketimbang Neturei Karta. Para pemimpinnya
merasa kawatir bahwa perang saudara akan berlangsung jika Jossele tak segera
dikembalikan.
Rabi
Laurenz pergi berkeliling Israel untuk menekan para pemimpin Neturei Karta.
Para pemimpin agama lainnya mengikuti teladan Rabi Laurenz. Mereka memohon,
beragumentasi dan mengancam.
Tak
ada hasilnya.
Sekelompok
pemimpin agama pergi mengunjungi Rabi Amram Blau dan adiknya, Moshe, yang
merupakan pemimpin rohani seantero Neturei Karta. Mereka meminta mereka untuk
bersikap bijaksana dan menyerahkan Jossele.
Kami
tidak tahu apa-apa demikian jawaban yang diperoleh.
Para
pemimpin nasional, polisi dan politikus yang mengunjungi kedua kakak beradik
itu pun memperoleh jawaban yang serupa.
Kini
jelaslah bawa Neturei Karta tak mau mundur. Ketegaran hati mereka sama seperti
yang dimiliki orang-orang Israel yang memilih dibakar mati daripada melepaskan
agama mereka. Orang-orang ini lebih suka mati daripada menyerahkan Jossele.
Usaha-usaha
polisi untuk menemukan anak itu terus-menerus tak membuahhkan hasil. Kepala polisi yerusalem sadar bahwa mereka sudah kalah.
Kepala
penjara yang bertanggung jawab atas
Nahman Shtarkes menyadari bahwa tak ada
gunanya menahan orang tua itu lebih lama. Bibirnya tetap tertutup rapat. Ia
tidak dapat dibujuk. Ia takkan member tahu apapun kepada mereka.
Pada
april 1961, sesudah dirawat dirumah sakit penjara untuk beberapa lama, Shtarkes
dibebaskan secara diam—diam karena “alas an-alasan kesehatan”.
Kini,
para pendukung shtarkes menganggapnya sebagai martil.
Slogan-slogan
yang ditulis dengan kapur di dinding—dinding wilayah yang penduduknya religious
mengungkapkan kemarahan penghuninya.
“Pemerintah
Israel sama jelek dengan pemerintah Nazi.
Para
pemimpin militer mulai cemas karena Mea Shearim, tempat pemukimannya kaum
Naturei Karta sangat dengan wilayah yerusalem milik Yordania. Jika timbul
perang antara Israel dengan yordania, seluruh wilayah itu bisa direbut dengan
mudah. Wilayah itu adalah bagian garis depan Israel yang pertahanannya lemah.
Pada
musim panas 1961 setengah tahun sesudah Jossele lenyap, pemilihan umu sudah
semakin dekat.
Rahasia
Jossele yang belum juga terungap kini menjadi issu nasional yang mengancam
kemenangan Partai Mapai-nya David Ben-Gurion yang waktu itu memerintah Israel.
Perdana menteri mengandalkan koalisi dengan sejumlah partai yang lebih kecil,
termasuk partai-partai religious, untuk tetap menduduki kursi pemerintahan.
Karena masalah Jossele, golongan religious mulai mempertanyakan kelanjutan
dukungan mereka.
Situasinya
gawat.
Akhirnya
partai Mapai-nya Ben-Gurion memenangkan pemilihan umum, namun koalisinya
benarr-benar lemah. Perselisihan pokok atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul
akbat hilangnya Joossele, “siapa itu orang yahudi ? apa itu Negara Israel?”
sedang menggerogoti persatuan Israel.
Para
pemuda yang berpandangan sekuler mulai menyerang anakk-anak Neturei Karta
ketika mereka pergi bersembahyang ke Sinagoga atau ke Tembok Barat (Tembok
Ratapan) tembok barrat sebaris dinding sisa reruntuhan kuil besar yerusalem
kedua milik orang-orang yahudi 352 SM-70 M, tembok inii disebut juga tembok
ratapan karena orang-orang israel masih menangisi kehancuran kuil ini hingga
sekarang.
Tembok Ratapan |
Puluhan
ribu warga yang menentang Neturei Karta menandatangani petisi yang diorganisir
oleh “Komite umum untuk menyelamatkan Jossele”.
Di
apartemennya di dekat kota Tel Aviv, Ida Schmacher menangisi putranya yang
belum ditemukan. Jossele sudah hilang selama dua tahun.
Pada
akhir febuari 1962, Ben-Gurion memutuskan bahwa tindakan drastis perlu
dilakukan. Ia mengirim pesan kepada Isser Harel : Temui saya
Ketika
tiba disana,Isser Harel hanya duduk di kursi di hadapan bosnya, keduanyya tak
pernah berjabat tangan. Meraka tak pernah berbasa—basi atau saling menanyakan
kesehatan masing-masing. Walaupun yang di bahas adalah masalah yang sangat
penting, pembicaraannya hanya berlangsung selama beberapa detik.
Ben-gurion
menatap lalu bertanya :
“Jossele
ada dimana?”
“Saya
tidak tahu,” jawab kepala Mossad itu.
“Apa
kamu bisa membawanya ke hadapan saya?”
Ben-Gurion
bahkan tak menunggu jawaban atas pertanyaannya yang kedua. Ia kembali melihat
kertas-kertas di mejanya dan Isser pun segera pergi tanpa mengucapkan apa-apa.
Perintah untuknya sudah diberikan.
Isser
sangat memahami pentingnya masalah yang dihadapinya. Malam itu, ia berkata
lirih kepada isterinya : “Apa Kamu tahu apa yang saya pikirkan? Kita harus
menyelamatkan wibawa Negara.”
Yang
dikatakannya ini ttermasuk salah satu dari sedkit rahasia yang dipercayakan
kepada Rivkah. Bahkan ia tak menceritakan apa sebenarnya ia maksudkan:
Isterinya harus mereka-reka.
Isser
mengambil seluruh arsip yang dikumpulkan oleh polisi dalam usaha pencaharian
mereka yang sia—sia selama dua tahun. Ia mempelajari kasus itu dari awal hingga
akhir dan segera mendapati bahwa polisi sama sekali tak memperoleh kemajuan
dalam usaha mencari anak itu.
Jelas
sekali bahwa menemukan anak itu akan menjadi tantangan yang sangat berat.
Polisi Israel |
Dan
Isser pun tahu bahwa tugas yang sudah diterimanya takkan disukai anak-anak
buahnya.
Mereka
sudah terlatih dalam bidang spionase dan kontra spionase. Mereka sudah terlatih
untuk mengumpulkan inormasi dalam situasi-situasi berbahaya, dan membunuh orang
untuk menjalanka tugasnya jika diperlukan. Kadangkala, sebagaimana dinas-dinas
rahasia lainnya, mereka menggunakan cara-cara itu dengan mengatakan kepada diri
sendiri bahwa mereka sedang berperang melawan musuh-musuh bangsa Israel.
Tetapi
apakah anak kecil ini merupakan musuh Israel? Apa orang-orang yahudi religious
yang melindungi anak ini merupakan ancaman bagi Negara isrel? Bahkan, para
mata-mata yang paling tidak menghiraukan agama pun menghormati orang-orang yang
menjalankan peraturan—peraturan agama hingga yang paling ekstrem.
Sangat
mungkin mereka akan merasa malu terhadap tugas ini. Mereka sudah terbiasa
menghadapi Orang-orang Nazi dan KGB, yang merupakan orang-orang kejam seperti
mereka. Kini mereka harus mencari seorang anak berusia sepuluh tahun di
tengah-tengah saudara sebangsa yang sebenarnya baik.
Isser
tahu mereka takkan menyukai tugas ini.
Tetapi,
ia juga mengenal orang-orangnya. Jika disuruh melaksanakannya, merak akan
mencarinya dengan sungguh-sungguh sebagaimana jejak Eichmann.
Hal
inilah yang ia katakanya dalam pidatonya pada keesokkan harinya.
Isser
dan para pembantu dekatnya telah menyusun strategi dan beberapa hari setelah
menerima perintah Ben-Gurion, orang-orangnya sudah menyeba ke lapangan.
Mereka
mulai mengadakan penyelidikan intensif di seluruh Isarel. Dari utara sampai
selatan, dari barat ke timur, mereka mengujungi sekolah-sekolah,
sinagoga-sinagoga dan pemukiman-pemukiman.
Para
agen terbaik mengenakan pakaian tradisional dan kaum alim ulama Yahudi dan
pergi ketembok Ratapan untuk menyusup ke tengah-tengah orang-orang yang sedang berdoa.
Segera
saja mereka menghadapi masalah : karena mereka sendiri tak religious, para agen
tahuu cara bersembahyang dengan benar. Orang-orang alim yang sejati mengetahui
maksud para agen ini lalu menghujani mereka dengan caci-maki.
Dengan
sangat malu mereka meninggalkan tempat itu.
Meskipun
menghadapi masalah seperti ini, tak butuh waktu lama bagi isser, yang memiliki
intuisi kuat untuk menyadari bahwa anak itu tak berada di Israel. Siasat pun
diubah sesuai keadaan.
Kini
agen-agennya disebarr ke seluruh eropa. Beberapa diantara mereka bahkan pergi
lebih jauh ke hongkong, jepang, afrika selatan dan amerika latin.
Mereka
melakukan pengintaian sebagaimana yang telah mereka lakukan jika hendak menjadi
mata-mata musuh atau teroris. Di
pusat-pusat komunitas yahudi seperti Golders Green di London, Pletzl di paris,
wilayah Williamsburg di Brooklyn, mereka mengamati jalan-jalan, mengunjungi
sekolah-sekolah dan bertanya-tanya.
Pada
suatu ketika, tiga orang mata-mata memarkirkan mobil mereka sepanjang hari
dekat sekolah keagamaan di suatu pemukiman kecil tak jayh dari paris. Mereka
meneropong setiap anak yang ada di seolah itu, kalau-kalau salah seorang
diantara mereka adalah Jossele.
Ketika
sekolah usai dan setelah mereka memutuskan bahwa anak yang dicari tak terdapat
di antara murid-murid sekolah, merekapun bersiap-siap pergi. Tetapi salah satu
ban mobil sewaan mereka bocor dan mereka tak memiliki ban cadangan.
Mereka
berada jauh dari telepon umum maupun bengkel, waktu itu musim dingin dan dari
menit ke menit udaranya semakin dingin.
Tiba-tiba,
pintu sekolah terbuka dan seorang rabi mendekati mobil itu. Ia agak takut namun
berkata degan ramah : “Saya melihat salah satu ban mobil kalian bocor. Apa yang
bisa kami bantu?”
Dengan
malu-malu para agen itu mengikutinya ke sekolah kecil itu. Mereka sama sekali
tak berpikir untuk bertaya-tanya kepada orang yag tidak curiga itu mengenai
anak yang mereka cari.
Mereka
lebih cemas kalau-kalau tertangkap polisi prancis karena mereka adalah orang
asing di wilayah ini dan memiliki paspor asing, yang lebih buruk lagi adalah
paspor mereka bukan paspor Israel.
Di
kemudian hari, salah seorang dari ketiga agen itu mengatakan bahwa mereka semua
merasa sebagai “Bajingan Tengik”
Tetapi
rabi itu tidak mengetahui jati diri mereka yang sebenarnya. Ia membuat kopi
panas dan mengusahakan agar seseorang dari bengkel terdekat datang untuk
membantu mereka. Ketika mereka hendak pergi, sang rabi mengundang untuk datng
kembali dan “melihat-lihat sekolah kami yang kecil ini.”
Salah
seorang agen lain yang diikenal sebagaii ahli membunuh, ditugaskan untuk mengawasi
satu sekolah yahudi dari balik hutann di dekat sekolah itu. Ia menggerutu
panjang lbar karenanya.
“Aneh
rasanya duduk di sana ditemani burung-burung hantu dan kelelawar-kelelawar. Apa
yang saya lakukan? Mengawasi teroris? Bukan! Mencari seorang anak kecil. Saya
merasa seperti orang bodoh!”
Seorang
Agen “Menyusup” di kelompok oranr-orang yahudi aliran Hasidis yang berangkat
dari swis menuju yerusalem untuk menguburkan salah seorang anggota mereka yang
meninggal dekat tembok kota lama. Tetapi ia segera ketahuan.
Di
London, sekelompok mata-mata yang terdiri atas sepuluh orang pergi ke sinagoga
milik kaum ortodoks untuk mengikuti ibadah sabtu pagi. Merekapun segera
dikenali sebagai jemaat gadungan dan di usir beramai-ramai.
Seluruh
anggota jemaat mengikuti mereka hingga kejalan
raya sambil berteriak-teriak menghina. Ketika nyaris terjadi keributan,
salah seorang rabi menelpon polisi. Tak seorangpun di pos polisi yang
benar-benar tahu cara menangani segerombolan orang berjenggot panjang yang
menggunakan Yarmulke (Yarmulke atau Kippah, kopiah khas
orangorang yahudi) dan sedang meneriaki orang-orang religius gadungan yang
menyusup ke komunitas mereka.
Akhirnya,
sepuluh agen yang mengenakan jenggot itu ditahan. Scotland Yard (kantor
pusat kepolisian London) pun turun
tangandan mereka segera dibebaskan.
Obama Menggunakan Yarmulke |
Rabi itu hanya meminta ongkos
perjalanan dan naik pesawat menuju ibu kota prancis tanpa rasa curiga.
Sesampaiinya di sana, sekelompok orang yahudi religious mengundangnya untuk pergii
ke suatu “Kedai minum kecil yang baik” untuk minum segelas the dan bersantai
sejenak sebelum melakukan penyunatan.
Mereka membawa orang itu ke
Pigale, yang merupakan tempat pelacuran.
Sekonyong-konyong, dua
perempuan yang mengenakan rok sangat pendek dan blus berleher rendah mendekati
rabi yang kebingungan itu memeluk lehernya. Salah seoirang diantara mereka
duduk dipangkuannya lalu beraksi dengan paha berstoking hitan yang dilingkarkan
ketubuh sang rabi.
Para agen Mossad memotret mereka dengan menggunakan kamera Polaroid.
Mereka menujukan foto bermasalah itu kepada sang rabi yang ketakutan dan
berkata dengan terus terang : “Jika kamu tak memberitahukan tempat kalian
menyembunyikan Jossele, kami akan membawa foto-foto ini ke London dan
membagi-bagikannya ke seluruh anggota jemaat sinagogamu.
Dengan sangat ketakutan, rabi
itu berteriak “saya tak tahu apa-apa, saya tak tahu apa-apa.”
Akhirnya ia berhasil meyakikan
mereka bahwa ia tidak berbohong. Ketika “teman-temannya” pergi dari tempat ituu
dengan kesal ia mengejar mereka sambil berteriak “Penyunatannya bagaimana?” apa
kalian tak lagi menginginkan agar saya melakukannya?”
Ia kembali ke London dengan
pesawat berikutnya. Hingga sekarang, ia sangat merendahkan Mossad.
Beberapa bulan telah lewat
sejak Isser mengirimkan orang-orang ke lapangan. Hasilnya sama sekali tak ada.
Moral di kalangan para agen yang ditugaskan menangani masalah itupun merosot.
Mereka tahu bahwa bahwa begitu banyak uang dari kas Mossad yang digunakan untuk
mencari Jossele.
Tetapi, Isser tak mau
menghentikan apa yang dimulainya. Ia tak mau kembali menemui David Ben-Gurion
dengan tangan hampa.
Akhirnya, sesudah lima bulan
bergumul dengan masalaah ini, munculah titik terang.
Ketika Isser merasa tak lagi
berada di Israel. Ia telah menemui pihak militer yang berhak memeriksa semua
surat masuk dan keluar dari Israel. Ia meminta agar mereka memperhatikan semua
surat dari dan untuk lembaga-lembaga keagamaan baaik yang berada di Israel
maupun di luar negeri. Jka menemukan sesuatu yang mencurigakan, mereka diminta
agar ,menyampaikan hal itu kepadanya sesegera mungkin.
Sesuatu telah ditemukan oleh
salah seorang petugas pemeriksa. Seorang tentara yang bertuugas di barak
militer Negev menuls surat untk ibunya yang tinggal di brusels. Di pertengahan
surat itu, terdapat satu pertanyaan yang terdengar lucu dan sama sekali tak
berhubungan dengan konteks :
“dan bagaimana dengan anak
itu?”
Ketika si pemeriksa menunjukan
surat itu, Isser pun tahu bahwa si petugas sudah memilih surat yang tepat. Ia
pun memanggil salah serang pembantunya dan menunjukan salinan Photostat surat
itu kepadanya.
“anak itu ada di tempat ini,”
kata Isser. “Temui nyonya ini dan masalah kitapun akan terpecahkan.”
Sang kepala Mossad mulai
membuat rencana untuk pergi ke paris.
Sementara itu, lebih dari
selusin agen segera dikirim ke brusels untuk menemuka tempat tinggal wanitaa
itu. Ia sudah pindah ke paris, namun bisa dilacak dengan mudah hingga ke
Aixles-Bains di Prancis selatan. Di sana para agen tak henti-hentinya mengawasi
wanita itu.
Pada suatu pagi, ia pergi ke
kantor pos terdekat dan meminta layanan telpon Collect Call ke London. Ia
menyebutkan nama orang yang hendak di teleponnya terlebih dahulu, kemudian
baru namanya sendiri.
Seluruh rincian percakapannya
dicatat dengan sangat teliti oleh seorang pria yang kebetulan berdiri di
belakangnya, menunggu giliran untuk menelpon ke Paris.
Orang itu sebenarnya agen
Mossad.
Ketika wanita itu berbicara,
dua orang pria yang duduk di tempat menelpon di sebelah si wanita mendengar
setiap kataa yang diucapkannya. Mereka mengikutiny meninggalkan kantor pos dan membuntuti
mobilnya. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan cepat sehingga mereka harus
dengan susah payah membuntutinya sambil tetap berjaga-jaga agar tak ketahuan.
Maam itu, si wanita mendekati suatu daerah di luar kota pars, tetap
dibuntuti oleh kedua agen Mossad ini. Tiba-tiba, setelah keluar dari suatu
terowongan panjang, ia menghilang. Tak diketahui apakah ia melihat kedua orang yang
membuntutinya atau tidak tetapi , ia hilang tanpa meninggalkan jejak.
Dua orang rekan para agen itu
berada di London mengunjungi rumah seorang pria, seorang rabi yang di telepon
si wanita. Ia tak memberitahukan apa-apa dan mengancam hendak mengusir mereka serta memanggil polisi,
merekapun pergi dan kembali merasa putus asa.
Isser Harel pergi bergegas ke
Paris untuk mengendalikan situasi disana. Di pesawat, ia membaca dokumen
mengenai wanita itu yang tenah menyulitkan anak buahnya itu.
Namanya Madeleine Frei, putrid
suatu keluarga aristocrat prancis. Seorang yang pandai dan berambisi, ia kuliah
di Sorbonne University dan Toulouse university. Di masa mudanya ia mengenakan
pakain-pakaian modis yang sangat mahal dan di kenal sebagai gadis yang sangat
cantik. Kehidupan sosialnya sibuk, dan dia pernah di pacari oleh puluhan
pemuda.
Kemudian pecahlah perang dunia
kedua.
Medeleine menjadi anggota
Maquis, gerakan perlawanan bawah tanah prancis. Dalam organisasi inilah ia
berhubungan dengan orang-orang yahudi untuk pertama kalinya dan menjadi sangat
terkenal karena keberaniannya. Dia memilih untuk berpartisipasi dalam suatu
tugas yang sangat berbahaya, yaitu membantu menyelamatkan anak-anak ghetto
sebelum mereka dikirim ke kamp-kamp konsentrasi. Untuk jasanya selama perang
ini, ia di anugerahi medali perlawanan.
Seusai perang, dia di nikahi
temannya yang juga beragama katolik dan memperoleh seorang putera yang diberi
nama Claude.
Kemudian, suatu yang aneh
terjadi pada diri Medeleine Frei. Ia memperoleh suatu penglihatan dan
memutuskan untuk menganut agama yahudi. Dia menceraikan suaminya dan dengan
bantuan seorang rabi muda yang jatuh cinta kepadanya, dia memeluk agama yahudi.
Puteranya telah pindah ke Israel dan dia pun berencana untuk ikut pindah.
Ketika Isser memikirkan cara
menemukan wanita itu lagi dan membujuknya untuk menunjukan tempat Jossele, ia
menjadi bingung
Ia tahu bahwa ia dan
agen—agennya berjalan di jalan yang berbahaya. Mereka telah menggunakan
cara-cara kejam dan curang untuk menemukan anak itu. Sekarang mereka tengah menginjak-injak
kesepakatan bahwa setiap Negara harus mengakui kedaulatan Negara lain.
Tindakan mereka dapat
dibenarkan jika hendak menangkap bekas-bekas anggota Nazi, orang-orang bejat
akhlaknya dan bertanggungjawab atas kematian manusia yang tak terbilang
banyaknya. Tetapi jika, buruannya hanya seorang anak kecil. . . .
Meskipun begitu, Isser tetap
menjalankan misinya. Ia bertekad untuk menemukan Jossele dan intuisinya
berbisik bahwa anak itu ada di paris.
Sesampai disana, ia menginap di
hotel kecil yang sederhana. Mulai sore hari itu hingga jauh malam, ia dan
orang-orangnya mengevaluasi kembali masalah yag tengah mereka hadapi.
Ketika kembali ke hotel pada
dini harinya, petugas administrasi hotel mengedipkan matanya dan bertanya :
“Apakah anda puas bersenang-senang? Anda boleh kok membawa wanita itu kesini
kok. . ..
Isser adalah seorang puritan
dan pegawai itu membuatnya marah.
Ia segera keluar dari hotel itu
dan pindah ke kedutaan Israel di jalan Wagram.
Merasa senang karena di
kunjungi seorang tamu terhormat, sang duta besar menyediakan kamar besar
untuknya di rumahnya sendiri.
Tetapi, meskipun membuat sang
duta besar merasa tak senang, Isser bersikeras untuk tidur di tempat tidur besi lipat yang jelek, di
suatu kamar kecil di bagian belakang gedung kedutaan. Ia tak butuh kemewahan
protokoler dan bagaimanapun, sebagai seorang perintis, ia telah terbiasa tidur
di tempat tidur perkemahan yang sedehana.
Ketika anak-anak buahnya
mendengar dimana bos mereka tinggal, mereka pun bergegas keluar dari
hotel-hotel yang sebenarnya sudah sangat murah dan mencari tempat-tempat
penginapan yang harga kamarnya paling murah.
Dengan lebih dari empat puluh
orang agen yang berada di paris, kelompok ini menggunakan seluruh waktu mereka
untuk mencari Medeleine Frei. Jejak wanita ini tidak ditemukan sedikit pun
sejak luput dari pengawasan agen-agen Mossad di suatu terowongan beberapa hari
sebelumnya.
Tetapi, si wanita tak
membiarkan mereka menunggu lama.
Salah seorang mata-mata yang
bertugas memeriksa semua surat kabar ke paris melihat suatu iklan yang dipasang
si wanita. Medeleine Frei hendak menjual villanya di luar kota paris.
Beberapa jam sesudah munculnya
iklan itu di surat kabar, si wanita di telepon dua orang jerman yang tertarik
akan rumah itu. Mereka menanyakan apakah boleh datang dan melihat-lihat rumahnya.
Merasa senang karena begitu cepat menemukan calon pembeli, Medeleine Frei
segera menyetujuinyya. Ia menjemput kedua orang itu di suatu tempat yang sudah
disepakati dan mengantar mereka kerumahnya.
Setelah masuk ke rumah, kedua
orang itu segera menutup semua pintu dan memberitahukan jati diri mereka yang
sebenarnya. Mereka adalah anak-anak buah Isser Harel.
Merasa marah karena diperdaya,
Medeleine berteriak minta tolong dan mulai menyerang kedua mata-mata itu.
Mereka memeganginya dengan tenang. Salah seoramg mata-mata memnta maaf dan
menerangkan bahwa mulai sekarang, ia adalah tawanan mereka.
“kami tidak akan menyakitimu.
Kami tidak akan menyentuhmu. Silahkan duduk. Tenangkan dirimu, bagaimanapun ini
rumahmu, mari kita bicara dengan tenang.
“anda takkan kami izinkan pergi
dari sini sebelum memberikan informasi yang kami butuhkan.”
Para agen itu menelpon Isser di
kedutaan dan memberitahunya bahwa si wanita telah ditahan. Isser pun segera
mengirim salah seorang anak buahnya yang paling terpercaya.
Orang itu adalah penyidik
Mossad paling berpengalaman yang bahkan dijuluki “Sang Inquisitor Spanyol” Inquisitor Spanyol, wakil
gereja-gereja katolik di spanyol yang mengawali masa pembasmian para Bidaah di
eropa abad ke-15. Mereka terkenal kejam oleh
teman-temannya di Mossad.
Ia adalah orang yang dipilih
Isser Harel untuk mengiterogasi Adolf Eichmann segera sesudah ditangkap.
Orang bertubuh pendek gemuk dan
bersuara monoton ini sudah berpengalaman dalam mematahkan kemauan keras puluhan
pria selama kariernya.
Kini, ia berhadapan dengan si
wanita prancis.
Berjam-jam lamanya ia
menginterogasi si wanita mengarahkan pandangan matanya langsung ke mata biru
si wanita prancis. Ia terus mengulang-ngulang pertanyaan-pertanyaan yang sama
dan kecerdikannya yang dimilikinya, ia mencoba membuat si wanita melakukan
kekeliruan.
Tetapi si wanita tak membuat
kekeliruan meskipun hanya sekali. Ia meghadapi setiap pertanyaan yang
membingungkan dengan jawabanya yang tepat. Tak sekalipun ia mengakui memiliki
hubungan dengan Jossele.
Interogasi ini berlangsung
empat hari.
Pada malam ke empat “Inquisitor
Spanyol” siap untuk menhentikan interogasi. Ia menelpon Isser dan
memberitahukan hal ini kepadanya.
“Saya yakin kita sudah
menangkap orang yang salah,” katanya. “Ia sama sekali tidak bersalah dalam
persoalan ini serta tak tahu sedikitpun mengenai anak itu.”
Ia dan teman-temannya merasa sangat
cemas karena sudah melakukan kesalahan dengan menahan seorang wanita yang sama
sekali tidak berrsalah di rumahnya sendiri. Jika polisi prancis sampai mengetahuinya,
pasti akan terjadi masalah besar.
Isser pun bergegas pergi ke
rumah itu. Ia tak mau menerima ucapan anak buahnya. Ia ingin berhadapan
sendiri dengan wanita itu.
Sesampainya disana, Medeliene
tetapp tak mau menyerah seperti sebelumnya. Baginya, Isser hanyalah seorang
pengganggu lainnya yang berusaha mempersulit hidupnya.
Isser menginterogasi si wanita
prancis selama berjam-jam. Ia memeriksa alibinya berulang kali. Alibi itu cocok
dengan apa yang di katakana si wanita kepada penginterogasi.
Isser Harel selalu merasa yakin
bahwa jika mau, ia dapat memaksa seseorang bebicara.
Namun, Medeleine tak bisa
dipaksa. Segala pertanyaan Isser dijawabnya secara tepat.
Menghadapi kegagalan total untuk
pertama kali seumur hidupnya, Isser bangun dan meninggalkan kamar itu. Ia telah
menghabiskan waktu berjam-jam dengan wanita ini. Karena merasa sangat yakin
bahwa si wanita itu tak bersalah, seluruh anak buah Isser mendesaknya agar
melepaskan si wanita.
Tetapi Isser benar-benar yakin
bahwa si wanita membohongi mereka. Bahwa si wanita benar-benar tahu dimana
Jossele bisa di temukan. Bahwa sesungguhnya ia sendiri yang menyelundupkan anak
itu keluar Israel.
Tetapi bagaimana cara
membuktikannya?
Sementara anak buahnya
kasak-kusuk di antara mereka sendiri, Isser membolak-balik dokumen-dokumen
tentang si wanita, salah satu dokumen itu adalah paspor si wanita. Isser
melihatnya sekilas lalu membuka halamannya
Tiba-iba ia berhenti.
Di panggilnya salah seorang
anak buahnya untuk memperlihatkan foto Jossele.
Orang itu membawa foto yang
dimaksud. Isser melihat foto itu dengan teliti dan kemudian melihat kembali
paspor. Lalu ia memanggil seluruh anak buahnya.
“Apa kalian melihat anak
perempuan wanita ini? Saya sama sekali tak tahu bahwa ia memiliki anak
perempuan, lihatlah anak perempuan ini dengan saksama. Nah lupakan bahwa anak
perempuan ini memiliki rambut pirang yang ikal, lihat wajahnya, Sekarang lihat
wajah Jossele. Apa yang kalian lihat?
Mereka tertegun, mereka sedang
melihat dua foto dari anak yang sama.
Isser bangkit dari kursinya.
Sesudah itu, Isser pun berbalik
dan ergi keluar kamar. Tak lama kemudian, ia sudah berada di jalan menuju
Paris.
Ketika para agen Mossad
menunjukan kedua foto itu, Medeleine Frei menjadi pucat. Ia tahu bahwa mereka
telah menemukan rahasianya. Namun ia tetap menantang.
“Lakukan saja apa yang kalian
kehendaki. Kalian tak kan menemukan di mana Jossele berada. Untuk itu kalian
harus membunuh saya, tetapi sesudah itu, kalian takkan menemukan Jossele.
Orang-orang Mossad, yang sudah
merasa khawatir karena baru saja kehilangan muka di hadapan bos mereka, tahu
bahwa mereka harus menghasilkan sesuatu.
Dengan enggan, mereka
melaksanakan merencanakan cadangan yang sudah mereka rancang sebelumnya memulai
interogasi.
Semua agen, kecuali satu orang,
meninggalkan kamar. Orang yang masih tinggal membuka map. Dihadapannya terdapat
dokumen-dokumen tentang Madeleine Frei.
Mata-mata itu mulai membaca. Ia
membacakan seluruh informasi yang mereka ketahui mengenai si wanita, termasuk
rincian kehidupa cintanya selama belajar
di peguruan tinggi di paris, segala hal yang si wanita itu sendiri sudah tidak
lagi mengingatnya.
Setelah membacakan semuanya, si
mata-mata meletakkan map itu diatas meja.
Sebagaimana yang kamu tahu,
kata mata-mata itu, kami memiliki daftar lengkap tentang kesemberonoanmu.
Secara pribadi, saya
berpendapat bahwa itu adalah urusanmu sendiri. Tetapi sahabt-sahabatmu Naturei
Karta mungkin tak berpendapat begitu. Mereka mungkin akan terkejut jika
informasi ini kami berikan kepada mereka. Kamu tahu bahwa mereka sangat keras
terhadap masalah-masalah seperti ini. Mereka juga sudah merasa bimbang untuk
menerima seorang bekas katolik menjadi anggota persekutuan mereka.
Hal ini akan membuatmu menjadi
orang terkutuk selamanya di mata mereka, kata si agen sambil mengetuk-ngetuk
dokumen itu dengan jari telunjuknya.
Kami tahu bahwa kamulah yang
telah menyelundupkan Jossele keluar dari Yerusalem. Kami juga tahu bahwa kamu
telah mewarnai rambutnya untuk menyarkannya. Beritahu kami kemana kamu
membawanya. Beritahu kami dimana dia sekarang berada, lalu kami akan membakar
seluruh dokumen ini!.
Wanita prancis itu diam
sejenak. Namun, tak lama kemudian berrkata dengan sangat marah : “ini sangat
memalukan! Ini adalah fitnah yag keji”.
Saya tahu, kata si
pengiterogasi.
Masa depan Negara saya mungkin
terancam jika kami tak menemukan anak ini. Di jalan-jalan Yerusalem,
orang-orang Israel saling melempar batu.
Saya pun ingin memperingatkanmu
mengenai hal lain, kamu adalah seorang ibu. Kamu pasti tahu apa yang saya
bicarakan. Anak ini juga punya ibu yang menyayanginnya seperti kamu menyayangi
anak laki-laki mu. Ia tak lagi melihat anak ini selama hamper tiga tahun karena
perbuatanmu.
Pikirkan baik-baik dosamu sendiri
sebelum menguliahi saya tentang fitah keji.”
Medeleine Frei pun remuk.
Mossad telah menemukan kelemahannya.
Ia menerangkan dengan panjang
lebar cara penyelundupan Jossele yang sudah diatur rapi.
Beberapa orang temannya dari
Naturei Karta meminta agar ia membantu mereka membawa anak itu pergi dan ia
sendiri yang menyusun rencana untuk menjalankannya.
Terlebih dahulu, ia berlayar
seorang diri ke Haifa sebagai pelancong. Diatas kapal ia sengaja mengakrabkan
diri dengan satu keluarga imigran baru, yang memiliki seorang puteri berusia
delapan tahun. Ketika turun dari tangga kapal untuk mendarat, Medeleine
bertanya dengan luggu apakah ia boleh memegang tangan gadis cilik itu.
Petugas imigrasi menyangka
bahwa si wanita prancis datang bersama seorag putrinya. Ia pun mencatat hal ini
dalam bukunya.
Pada paspornya, Medeleine
dengan sangat teliti telah mengubah nama anak laki-lakinya, Claude, menjadi
Claudine.
Dengan demikian, ketika
seminggu kemudian ia naik pesawat untuk terbang ke Zurich, pihak pabean tak
mencurigai penumpang “Madame Frei dan seorang anak perempuannya, Caludine.
Anak perempuan itu adalah
Jossele. Rambutnya sudah diwarnai dan ia telah dibujuk untuk mengenakan pakaian
perempuan. Semua ini merupakan bagian dari permainan yang baru di rancang “bibi
barunya”.
Rencana yang benar-benar berani
malah bisa dikatakan nekad, namun berhasil.
Untuk berapa lama Jossele
tinggal disekolah agama yahudi di swis, kemudian, ketika Mossad melakukan
pencarian dengan gencar dimana-mana, Medeleine dan “Caludine” pergi ke prancis
lewat brusels. Ketika Mossad mulai mengadakan penyelidikan di antara kaum
alim-ulama yahudi di paris, Medeleine pun sadar bahwa anak itu bisa saja di
temukan. Oleh karena itu, ia pun membawanya ke New York dan menyerahkannya ke
tangan sepasang suami-istri di Brooklyn, yang merupakan anggota aliran Hasidis
Setmar.
Sekarang ia ada disana, katanya
dengan lirih kepada mata-mata Mossad. “Akan saya berikan alamatnya kepadamu”
September 1962, dua tahun dan
10 bulan setelah Jossele menghilang.
Robert Kennedy |
“Anak buah saya sedang dalam
perjalanan menuju New York. Mereka ke sana untuk membawa pulang Jossele.
“Kerjasama anda sangat
diharapkan.”
Kennedy mendengar bunyi klik,
percakapan selesai.
Selama beberapa detik, Kennedy
terperangah. Ia mengetahui dan menghormati Isser Harel. Tetapi, mengapa
agen-agennya terbang ke New York? Atas wewenang siapa mereka melaksanakan misi
di sana?
Dan, siapa atau apa itu
Jossele?
Ia segera menghubungi duta
besar Amaerika di Tel Aviv, yang segera pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi
Ben-Gurion. Ia juga mengirim pesan ke Duta Besar Israel di Washington, Abe
Harman. Harman tahu mengenai Jossele, namun tak mengetahui maksud Isser sedikit
pun. Harman pun merasa cemas akan pelanggaran protokoler serius yang
terdapat dalam misi Isser Harel ini.
Dengan panic, a mengirim berita ke Israel.
Ben-Gurion yang cerdik tak mau
terseret untuk berbicara kepada siapapun mengani tindakan-tindakan Isser.
Ketika Duta Besar Amerika Serikat tiba, ia diterima oleh colonel Halim
Ben-David, sekretaris Ben-Gurion yang mengurusi bidang militer. Ben-David
adalah seorang yang ramah dan simpatik. Ia berjanji untuk meberitahukan masalah
itu sesegera mungkin kepada perdana menteri, yang kebetulan sedang berhalangan
karena menghadiri “Sidang Kabinet”. Ia menetapkan waktu untuk mengadakan
pertemuan pada hari itu juga.
Sementara itu, Isser Harel tak
dapat ditemukan. Ia “Tak bisa dihubungi,” kata sekretarisnya menjelaskan kepada
puluhan orang yang tiba-tiba saja hendak bertemu Isser.
Di Washington, Robert Kennedy
telah memperoleh laporan mengenai masalah Jossele. Di kemudian hari, ia
bercerita kepada seorang Pejabat CIA (Central
Intellegence Agency), Dinas intelejen Amerika Serikat
bahwa ia sungguh-sungguh heran ketika membaca laporan itu.
Mossad mengutus agen-agennya
untuk mengambil seoang anak laki-laki berusia sepuluh tahun.
Apa yang harus ia lakukan
terhadap masalahh ini?
Kennedy cenderung untuk membiarkan
saja agen-agen itu melaksanakan tugas.Isser Harel pasti takkan mengirim mereka
kalau bukan karena alas an yang sangat penting. Dan, orang-orang Israel selalu
bekerjasama dengan para pejabat hukum dan mata-mata AS secara sangat baik. Di
samping itu, jika orang-orang Mossad sudah terbang, satu-satunya cara untuk
menghentikan mereka adalah menembak jatuh pesawat yang mereka tumpangi.
Tetapi, di lain pihak, Kennedy
punya kecemasan plitiknya sendiri.
Tak lama lagi akan diadakan
pemilihan anggota kongres serta gubernur Negara bagian, dan perdebatan akan
tindakan ini dapat membuat hilangnya bebrapa dukungan penting dari orang-orang
Yahudi yang secara tradisional diandalkan oleh calon-calon Partai Demokrat.
Jika ada yang terluka dalam operasi yang dilakukan orang-orang Israel ini… atau
jika Jossele ternyata tak ditemukan di rumah yang dituju, apa yang terjadi
nanti?
Kennedy menelepon sekali lag
untuk memastikan apakah anak yang dicari benar-benar berada di alamat yang
dimaksud. Informannya merasa yakin akan hal itu.
Robert Kennedy sudah mengambil
keputusan. Ia akan mengajukan protes terhadap tindakan Isser Harel yang
seenaknya sendiri dengan cara selembut mungkin.
Sementara itu FBI (Federal Bureau of Investigation),
biro penyelidikan federal AS harus
bekerjasama dengan Mossad.
Hari itu, pesawat El Al dari
Tel Aviv menyentuh landasan bandara Idlewild New York. Sekelompok agen FBI,
dengan sejumlah mobil sudah berdiri di tepi landasan.
Ketika para penumpang turun
dari pesawat, beberapa orang segera memisahkan diri dan pergi ke tempat
orang-orang FBI berdiri. Mereka disambut sangat ramah.
Dalam satu jam, mobil-mobil itu
sudah berkumpul di muka apartemen sederhana di jalan Penn No. 126 Williamsburg,
Brooklyn. Di sana sudah menanti beberapa orang berpakaian preman.
Sekelompok agen memasuki
apartemen dan naik tangga menuju tempat kediaman tuan dan nyonya Zanwill
Gertner. Mereka mengetuk pintu. Nyonya Gertner yang kebingungan dan agak takut
ketika melihat begitu banyak orang yang berwajah serius, mengundang mereka masuk.
Di dalam, Zanwill Gertner
sedang berdoa. Di sampingnya, sedang memegang buku doa, berdiri seorang anak
laki-laki berusia sepuluh tahun yang mengenakan Yamulke di kepalanya dan Rambut Ikal (orang-orang yahudi ortodoks selalu
menyisakan rambut ikal, disebut peot atau peyote di sisi wajah mereka menurut
hokum taurat, yang tercatum pada alkitab dalam kitab imamat 19:17)
gelap menutupi sisi wajahnya yang pucat.
Salah satu anggota Mossad
berbicara dalam bahasa ibrani : “Kemasi barang-barangmu, Jossele. Kamu akan
pulang.”
Ida Schumacher diterbangkan
dari Tel Aviv ke New York untuk memastikan bahwa anak itu benar-benar
puteranya. Ia tak perlu mencari tanda lahir untuk mengenalinya dan segera
memeluk anak itu. Si anak berbisik bahwa ia merindukan ibunya.
Dua hari setelah di temukan,
Jossele berdiri sambil mengedip-ngedipkan mata di terik sinar matahari bandara
Lod dekat Tel Aviv. Orang-orang yang pergi ke bandara untuk menyambut sang ibu
dan puteranya yang sudah dipertemukan kembali, bersorak-sorai gembira ketika melihat
mereka turun dari pesawat.
Di dalam mobil yang agak jauh
dari orang ramai, duduklah seorang pendek berpenampilan biasa saja yang bermata
biru terang. Bahkan Isser pun ikut menyambut kedatangan Jossele
Ia tak tahan untuk tak melihat
sendiri hasil jerih payahnya.
Lebih dari empat puluh agennya
yang paling top telah bekerja purnawaktu selama hampir delapan bulan dalam
kasus ini. Selain itu, seratus orang juga ikut bekerja dalam satu kesempatan
atau lebih. Hamper seluruh anggaran belanja Mossad pada tahun 1962 di gunakan
untuk membiayai usaha-usaha mencari anak ini.
Isser melihat kegembiraan
khalayak ramai selama beberapa menit lalu pergi mengunjungi David Ben-Gurion.
Ia memang sudah melapor kepada
bosnya segera mendengar bahwa anak itu sudah dikenali dengan pasti. Kini ia
berjalan menuju ke kantor Ben-Gurion hanya untuk mengatakan, “Jossele telah
kembali.”
Ben-Gurion tak segera
menanggapi.
Selama sejenak Isser menyangka
bahwa Ben-Gurion mengkin, untuk pertama kalinya selama ia mengenalnya, hendak
mengajukan satu atau dua pertanyaan mengenai cara anak itu ditemukan. Mungkin
juga Ben-Gurion hendak mengucapkan satu atau dua kata ppujiann . . .
Ternyata Ben-Gurion tak
berbicara sedikitpun mengenai Jossele, tetapi Isser mengatakan bahwa mat orang
tua itu berbinar-binar ketika berkata :
“Baiklah, dan bagaimana dengan
wanita itu?”
Sekarang wanita itu menyebut
dirinya sebagai Ruth Ben david. Sesudah masalah Jossele selesai, Mossad
menawarkan jabatan kepada si wanita dalam organisasi mereka. Mereka sadar bahwa
orang yang bisa luput begitu lama dari kejaran mereka dapat menjadi seorang
mata-mata kelas wahid.
Ruth menolak tawaran itu.
Akhirnya, setelah pindah ke
Yerusalem ia menikah dengan rabi Amran Blau, pemimpin Naturei Karta yang
berusia dua puluh tujuh tahun lebih tua daripadanya, dan isterinya sudah
meninggal dua tahun sebelumnya.
Sekarang, Rabi Blau sudah
meninggal dan Ruth Ben David terpaksa menjadi nenek dari lima puluh orang anak
yang sering mengunjunginya di suatu rumah batu kecil tempat ia tinggal seorang
diri. Sebagaimana rumah-rumah lainnya di Mea Shearim, di muka rumah itu
tertulis kalimat ini :
“Saya adalah seorang Yahudi,
tetapi bukan Zionis” (Zionis
= para pendukung gerakan zionisme).
Di kalangan Naturei Karta,
janda rabi Blau ini dikenal sebagai seorang Frume, seorang yang sangat saleh.
Ia selalu menganakan pakaian hitam dan menutupi kepalanya yang dicukur bersih
dengan kerudung. Ia tidak pernah keluar ke jalan tanpa mengenakan kaus kaki
panjang hitam meskipun dalam cuaca yang paling panas. Ia rajin berdoa, dan
dikenal patuh mengikuti segala peraturan agama yahudi hingga yang terkecil.
Di antara orang-orang yang
sering mengunjungi rumah Ruth Ben David, terdapat seorang pemuda bertubuh tegap
yang kadangkala, jika sedang menjalankan tugas militer, membawa senapan Uzi (Senapan Kompak buatan Israel).
Keluarga Yahudi Ortodoks |
Tetapi Ruth selalu menerimanya
dengan senang hati jika ia datang berkunjung. Ketika sedang berkumpul, mereka
mungkin mengenal kembali hari-hari “Perjalanan” mereka ke eropa dulu, mengecoh
agen-agen Mossad-nya Isser Harel yang terbaik. (catatan editor :pada 7 juni 2007,
surat kabar the Jerusalem post memberitakan bahwa Jossele Schumacher
mengunjungi kembali keluarga Gertner di Brooklyn, New York, yang menampungnya
empat puluh lima tahun lalu ketika ia di culik)
>>>>>| Bersambung ke Bagian Dua Perang Enam Hari >>>>>>>
Bagus dan sangat bermanfaat. Padahal saya punya buku nya.. tp tetap saya baca ��
ReplyDelete