Search

Monday, November 17, 2014

BAB I DUA ORANG BERNAMA ISSER

|<<<< kembali ke halaman utama buku

 BUKU MOSSAD MENGUAK TABIR DINAS INTELEJEN ISRAEL (DENIS EISENBERG, ELI LANDAU DAN URI


BAB I DUA ORANG BERNAMA ISSER


Pada juli 1948, tiga tahun sebelum mossad di bentuk, suatu peristiwa sangat penting bagi masa depan organisasi ini tengah berlangsung di Beit  Je’ez, suatu desa arab kecil yang terletak dii jalan di antara Tel Aviv dan yerusalem. Beberapa orang penghuni desa, hampir seluruhnya terdiri dari anak-anak, laki-laki tua, dan para wanita yang tetap tinggal di sana meskipun terjadi pertempuran hebat hingga berminggu-minggu sebelumnya, menonton peristiwa aneh ini dengan penuh keheranan.
Di sana, di lapangan berbatu di muka sebatang pohon zaitun berusia 4 ratus tahun berdirilah seorang tawanan yang diborgol, jelas-jelas ia adalah seorang Yahudi
Di hadapannya 6 orang pria bersenjata membentuk barisan tak teratur salah seorang diantara mereka memiliki sepucuk senapan buatan inggris, seorang lagi membawa sepucuk senapan mesin buatan Cekoslowakia dan 2 orang lainnya membawa barang-barang yang pantas dimasukan ke museum serta pernah melihat  matahari Jerman tepat sebelum perang dunia 1, beberapa orang dari ke-6 tentara ini mengenakan pakaian kepar kumal yang lain mengenakan jaket olahraga, dan seorang lain lagi mengenakan pakaian yang sangat di banggakan, yaitu “seragam ski tentara rusia”.
Keenam tentara yang pakaiannya beraneka ragam ini adalah anggota-anggota Zahal, angkatan bersenjata Israel yang baru diibentuk.
Para penghuni desa Beit Je’ez tak mendapati sesuai yang luar biasa ketika melihat tentara-tentara bersenjata ini. Proklamasi kemerdekaan Israel yang terjadi hanya beberapa minggu sebelumnya, yatu pada 14 mei, telah menimbulkan peperangan sengit antara Negara baru ini dengan tentara-tentara penyerbu dari Yordania, Suriah, Irak, Mesir dan Libanon. Para penghuni desa-desa Palestina dan para gerlyawan bergabung dalam perang ini di bawah satu slogan, yaitu “Bunuh Semua Orang Yahudi”.
Pada 11 juni, gencatan senjata di umumkan, namun hal itu ternyata hanya sekedar siasat untuk menarik napas. Pasukan-pasukan Arab kembali menyusun barisan untuk mengadakan seragan baru. Israel, dibawah pimpinan David Ben-Gurion, berusaha mengatur diri. Senajata, perbekalan, dan imigran-imigran baru mengalir masuk ke Israel, banyak diantara mereka adalah orang-orang yang pernah menghuni kamp-kamp konsentrasi. Berbagai pasukan bawah tanah digabung menjadi 1 angkatan bersenjata meskipun ada keberatan dari beberapa anggotanya
Namun, di bukit-bukit sekitar jalan dari Tel Aviv ke Yerusalem, pertempuran tak pernah berhenti. Setelah terjadi beberapa pertempuran paling sengit, kota Yerusalem lama jatuh ke tangan Raja Abdullah dari Yordania.
Isser Be'eri
Untuk membawa makanan dan senjata kepada orang-orang yang mempertahankan bagian kota yang masih dikuasai orang-orang Yahudi iring-iringan mobil lapis baja hasil rekayasa berisi senjata dan perbekalan harus menanggung hujan peluru untuk melewati jalan-jalan dari Tel-Aviv ke Yerusalem.
Pasukan-pasukan arab yang berpangkalan di bukit-bukit disekitar jalan itu melepaskan berondongan peluru yang tak henti-hentinya setiap kali kendaraan pengangkut perbekalan berusaha lewat. Untuk membokong para penyerang, kelompok-kelompok tentara yahudi bertempur melawan gerombolan-gerombolan desa arab bersenjata di bukit-bukit dan bunyi tembakan terus terdengar dimana-mana.
Tetapi, diantara puing-puing desa  Bet Je’es, seregu tentara Israel hendak melaksakan eksekusi terhadap salah seorang warga Negara mereka.
Satu jam sebelumnya, seorang perwira senior tiba disana dan memberitahu komandan setempat untuk menyusun regu tembak yang akan menghukum mati seorang pengkhianat. Operasi-operasi pembersihan pasukan musuh dii tunda dan setengah lusin orang di pilih di antara ke enam orang itu, dua orang diminta untuk tak ambil bagian mereka di gantikan oleh dua orang lainnya. Sekarang, di lapangan gersang berbatu, pelaksana hukuman mati menghadap si terdakwa, kapten Meiyer Tobiansky dengan perasaan enggan.
Orang-orang Zahal yang melihat adegan ini tertegun sejenak. Dari satu kelompok ke kelompok lainnya, terdengar sayup-sayup seruan tak percaya : “lihatlah tindakan yang  mereka lakukan terhadap orang yahudi pengkhianat!”. Hati mereka berat, pengkhiatan atau bukan, Tobianski adalah orang yahudi juga, ia telah lama mengabdi dengan baik dalam pasukan Haganah. Ketika regu tembak membidik, pengabdian itu tak diperhitungkan. Semua orang yang melihat terdiam seribu bahasa, baik orang-orang arab maupun orang-orang yahudi.
Dua tembakan menggelegar dan tubuh Meiyer Tobianski yang tak bernyawa terjungkal ke tanah. Darah membasahi bajunya dan mengalir ke tanah gersang di desa Beit Je’ez. Ia terkapar di sana untuk beberapa lama, tertelungkup dekat sebatang pohon kaktus kemudian, para tentara membawa ke lereng bukit yang jauh dari desa untuk dikuburkan secara rahasia. Tak lama kemudian, merekapun kembali melakukan tugas-tugas rutin.
Ketika berita kematian Tobianski sampai ke telinga Isser Be’eri, ia menulis “misi telah dilaksanakan” dalam buku hariannya.  Be’eri adalah orang memerintahan hukuman mati itu.
Lahir di Polandia pada tahun 1901, Be’eri (yang sebenarnya bernama Bernzwig) datang ke palestina sebagai perintis muda berusia 20 tahun. Setelah bekerja sebagai buruh kasar di Haifa ia mendirikan perusahan kontraktornya sendiri, namun bangkrut dalam setahun, karena kecewa ia kembali ke polandia, namun tak lama sesudahnya ia kembali ke palestina.
Pada tahun 1938, Be’eri menjadi pejuang bawah tanah purna waktu. Perintis yang tinggi ramping ini bekerja dengan baik dan orangnya cepat tanggap. Pada tahun 1948, ketika Negara Israel memperoleh kemerdekaan, ia sudah berpangkat letnan kolonel dan menjadi pemimpin Shai, cabang intelejen Haganah. Dalam tugasnya, terutama mengenai masalah keamanan, ia di kenal sebagai seorang perwira yang cemerlang.
Perang kemerdekaan membuat Be’eri dan orang-orang dibawah komandonya menghadapi sangat banyak masalah. Ia harus senantiasa memperluas jaringan agen-agennya yang bertugas memberitahukan gerakan-gerakan dan strategi-strategi pasukan musuh. Waktu tidurnya hanya sedkit dan ia berada dibawah tekanan yang sangat besar dai berbagai pihak.
Persoalan menjadi semakin rumit dengan ditemukannya kebocoran dalam masalah keamanan di yerusalem. Satuan-satuan altileri Yordania yang ditempatkan di bukit-bukit yang menghadap ke yerusalem berkali-kali melepaskan berondongan maut terhadap instalasi-instalasi militer penting milik Israel. Bahkan, ketika satuan-satuan pertahanan kota bergerakk secara rahasia dalam kegelapan malam menempati posisi baru, peluru-peluru tentara yordania akan menghujani mereka pada dini harinya.
Tak ada lagi keraguan mengenai hal itu : Terdapat mata-mata di tengah-tengah pasukan Israel yang memberikan informasi akurat kepada pasukan artileri musuh setiap beberapa jam sekali.
Ben-Gurion memanggil kepala dinas intelejennya. Dalam tiga kalimat singkat, ia mengemukakan fakta ini kepada Be’eri yang setia dan menambahkan dengan kasar: “Apa yang selama ini kalian kerjakan? Temukan mata-mata itu segera”.
Tugas menutup kebocoran rahasia keamanan ini menjadi prioritas utama. Bahkan, setelah gencatan senjata di umumkan. Keadaannya sangat genting karena pertempuran pasti akan  dilanjutkan segera setalah kedua belah pihak dipersenjatai kembali.
Akhirnya kecurigaan jatuh pada Meir Tobianski. Sebelum bergabung dengan bergabung dengan Haganah, ia menjadi anggota angkatan bersenjata inggris dan diketahui sering pergi minum-minum bersama perwira Inggris. Melalui mereka, Tobianski dapat menyampaikan informasi kepada orang-orang yordania dengan mudah.
Pada 30 Juni, Be’eri menerima laporan tentang Tobianski, yang berupa potongan-potongan inormasi yang dikumpulkan dari lapangan dan satu laporan intelejen standar.
Ia memerintahkan Tobianski di tahan.
Pada dini hari berikutnya, sekelompk agen  rahasia menjemput Tobianski di rumahnya. Ia memberitahu istrinya, Lena, bahwa ia hanya akan pergi beberapa jam.
Jelas bahwa ia tak tahu sedikit pun tentang tuduhan yang diihadapinya. Pada “pengadilan militer” ad Hoc yang segera dilaksanakan, ia di interogasi selama beberapa jam oleh sekelompok perwira senior Israel. Si terdakwa mengaku bahwa ia memang bergaul dengan tentara inggis dan banyak diantara mereka yang menjadi teman-teman akrabnya.
Tetapi ia menyangkal telah melakukan kegiatan mata-mata untuk inggris, serta membantah keras bahwa teman-teman minumnya telah menyampaikan informasi tentang posisi pasukan Haganah kepada tentara yordania.
Secara singkat, “pengadilan militer” menolak pembelaannya, dan beberapa jam kemudian, tubuh Meir Tobianski sudah terkapar di lapangan gersang di luar desa Beit Je’ez.
Lena Tobianski segera melapor ke polisi bahwa suaminya hilang, tentu saja mereka tidak bisa menduga di mana ia berada. Usaha-usaha untuk mencari tahu melalui teman-teman dalam angkatan bersenjata juga tidak membuahkan hasil.
Akhirnya, berita resmi tentang kematian muncul dalam surat kabar. Ia di hukum mati karena membocorkan informasi kepada pihak musuh, demikian bunyi berita itu.
Karena sangat yakin bahwa suaminya tak bersalah, nyonya Tobianski mendatangi semua pihak berwenang yang di ketahuinya untuk meminta bantuan memulihkan nama baik suaminya. Semua orang bersimpati, tetapi tak seorang pun bisa membantu.
Akhirnya, ia menulis surat pribadi kepada Ben Gurion.
Sang perdana menteri sangat sibuk menangani masalah-masalah yang mengelilinginya siang-malam, namun, ia tak dapat mengabaikan tuntutan-tuntutan “ketidakadilan mengerikan” dari wanita malang itu. Di kemudian hari, salah seorang pembantu Ben Gurion mengatakan bahwa sang perdana menteri “benar-benar merasakan adanya sesuatu yanh tidak beres. Ia menyadari hal ini dengan cepat”.
Dalam surat yang di tulis dengan tangannya sendiri, Ben Gurion berjanji kepada Lena Tobianski bahwa bahwa ia akan memperhatikan masalah ini. “Saya tidak dapat mengatakan apa ia bersalah atau tidak” tulisnya. Tetapi ia merasakan adanya sesuatu yang dalam bahasa ibrani di sebut Lo Beseder, yang artinya “tidak beres”. Sang perdana menteri mengatakan kepada wanita itu bahwa penyelidikan resmi akan dilaksanakan, dan sementara itu, Lena dan puteranya akan di urus oleh Negara.
Penyelidikan ini berpuncak pada penahanan Isser Be’eri, orang yang memrintahkan agar Tobianski diadili oleh mahkamah militer.
Ketika dihadapkan ke pengadilan pada agustus 1948, Be’eri bersikeras bahwa ia tak bersalah tas tuduhan-tuduhan bahwa ia bertindak wajar.
“Saya telah mengangkat tiga hakim untuk mengadili Tobianski,” kata Be’eri. Saya bertindak sebagai jaksa penuntut. Mereka mendengarkan bukti-bukti dan menyetujui permohonan saya agar ia di jatuhi hukuman mati. Kami tahu bahwa Tobianski adalah seorang peminum berat dan hidup jauh diatas pendapatannya. Karena kejahatan yang dilakukannya sedemikian berat, hukuman mati harus segera dilaksanakan. Kalian harus ingat bahwa hari ini berlangsung dalam keadaan perang. Perang yang membawa maut. Saya telah melaksanakan tugas
Pengadilan mendengarkan cerita tentang Tobianski yang memohon belas kasihan ketika regu tembak membidikan senjata kearahnya. “Saya telah bekerja untuk Haganah selama dua puluh dua tahun setidak-tidaknya, izinkan saya mengirim pesan untuk putera saya pintanya”.
Permohonan ini di tolak.
Sekarang hakim-hakim yang mengadili Isser Be’eri memutuskan bahwa cara yang dilakukan oleh mahkamah militer darurat itu sama sekali tidak sah. Tobianski tak diberi hak dasar untuk didampingi seorang pengacara untuk membelanya. Keputusan mahkamah itu pun tak diteguhkan oleh badan yang lebih tinggi dan si tertuduh tak diperkenankan naik banding. Buku petunjuk,
Namun, pengadilan juga tahu bahwa peristiwa ini terjadi pada masa yang sangat sulit. Baik Be’eri maupun Tobianski adalah korban-korban hysteria mata-mata yang berlangsung waktu itu. Ketegangan semakin di perparah karena tidak adanya pedoman bertindak. Tak ada preseden, tak ada tradisi yang bisa dijadikan panduan akan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap seseorang yang diicurigai sebagai pengkhianat.
Isser Be’eri pun bukan seorang jahat. Ia benar-benar mengabdikan diri pada tugasnya. Patriotismenya tidak diragukan lagi. Tak terdapat satupun tanda-tanda kebobrokan yang pernah dilakukannya. Jelas bahwa ia memerintahkan pelaksanaan hukuman mati terhadap Tobianski karena merasa yakin bahwa orang itu mata-mata.
Meskipun demikian, jelas kata majelis pengadilan, keadilan harus ditegakkan. Be’eri diputuskan bersalah, hukumannnya adalah dipenjara mulai matahari terbit hingga terbenam, yang berarti ia bisa luput dari rasa malu karena menginap semalam di penjara.
Namun, bagi orang seperti Isser Be’eri, hukuman itu sama dengan kematian. Meskipun Presiden Chaim Weizmann (1874-1952, presiden pertama israel) mengampuninya dan ia tak pernah meringkuk di balik terali besi, ia merasa dipermalukan di hadapan orang-orang senegaranya. Oleh karena itu, ia terpaksa menarik diri dari kehidupan bermasyarakat dan meninggal pada tahun 1958 sebagai orang yang hati hancur.
Hukuman mati terhadap Meir Tobianski merupakan hal penting dalam sejarah Mossad karena, selain mengakibatkan jatuhnya Isser Be’eri, peristiwa ini juga menyebabkan munculnya orang lain yang akhirnya tidak hanya mengendalikan Mossad, namun seluruh badan intelejen Israel. Orang istimewa ini bernama Isser Harrel, yang telah membuat jauh lebih banyak daripada orang-orang lainnya dalam membentuk Mossad menjadi seperti sekarang ini.
Isser Harrel
Isser Harrel berimigrasi dari  Latvia ke Palestina pada 1930. Keluarganya yang pindah ke Latvia bersamanya dari Vitebsk, Rusia, mendahuluinya pergi ke palestina dua tahun sebelumnya. Ketika bergabung kembali dengan mereka pada usia tujuh belas tahun, Ia sudah memperlihatkan bakat untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rahasia : Isser, berhasil menyelundupkan sepucuk revolver melewati pemeriksaan bea cukai inggris yang ketat dan keras. Para petugas bea cukai tidak pernah mencurigai pemuda yang tinggi badannya hanya 141 cm, bertelinga sangat besar dan tampak tak berdosa itu sebagai penyelundup senjata.
Segera setelah tiba di palestina, Isser bekerja di suatu Kibbutz (suatu komunitas di pemukiman-pemukiman Israel yang propertinya dimiliki secara kolektif dan penduduknya juga bekerja secara kolektif, biasanya berupa komunitas pertanian, perdagangan, atau industri) dekat Herzliya yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Tel Aviv. Dengan begitu rajin, ia bekerja di sela-sela pohon jeruk hingga dijuluki “Stakhnovitch”, suatu rujukan terhadap seorang buruh tambang batu bara Rusia. Alexei Stakhanov, namanya disamakan dengan produktifitas tinggi. Isser belajar bahasa ibrani dengan cepat namun logat rusianya tak benar-benar hilang. Di antara sesama penghuni-penghuni Kibbutz itu, ia dikenal sebagai orang yang serius dan agak keras.
Sebaliknya, Rivkah, wanita kelahiran Polandia yang dinikahi Isser di Kibbutz, adalah seorang periang yang penuh semangat. Ia gemar menyanyi, menari, dan menunggang kuda. Mereka tinggal di Kibbutz selama lebih kurang tiga belas tahun dan awalnya tinggal di kemah yang di pasang di atas bukit pasir. Pada tahun 1943, mereka meninggalkan Kibbutz, ketika beberapa anggota lain tak bersedia meminta maaf kepada Isser, karena suatu hal yang menurut pendapatnya merupakan penghinaan yang ditujukan kepadanya. Berangkat tanpa harta apapun selain pakaian yang melekat di tubuh, Isser dan Rivkah membangun rumah di Tel Aviv.
Mereka berdua bekerja sepanjang hari, tetapi Isser juga bergabung dengan Haganah, tentara bawah tanah Yahudi yang ketika itu bertempur melawan gerombolan bandit-bandit arab yang berbahaya. Hanya dalam beberapa bulan, ia sudah mendapati dirinya bekerja di unit intelejen.
Isser melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan para atasannya menaikkan pangkatnya. Segera saja ia menjadi pemimpin regu, dan setelah Perang Dunia 2 berakhir, ia menjadi komandan Shai untuk wilayah Tel Aviv. Ia memangku jabatan ini selama beberapa tahun.
Pada masa inilah Isser Harel menjadi dikenal dengan julukan Isser “ Si Kecil”. Tinggi tubuhnyalah yang membuatnya memperoleh julukan ini. Namun, alasan yang lebih penting adalah perlunya membedakan antara ia dengan seorang lain yang juga bernama Isser, yaitu Isser Be’eri. Kedua orang itu sangat terkenal di kalangan tertentu dan kekacauan dalam membedakan keduanya mempersulit percakapan-percakapan di kalangan para pemimpin militer dan intelejen.
Di masa-masa antara perang dunia 2 dan perang kemerdekaan Israel, Isser “si kecil” menjalankan tugas dengan gagah berani dan rajin. Ia mengabdi tanpa syarat kepada Ben Gurion, yang dihormati dan pujaannya tanpa keraguan sedikit pun. Tak heran jika ia berharap bahwa dengan kejatuhan Isser Be’eri dari jabatannya pada desember 1948, ia yang akan diangkat menggantikannya sebagai kepala Shai.
Namun, jabatan itu ternyata jatuh ketangan seorang perwira kelahiran polandia bernama Chaim Herzog dan Isser “si Kecil” harus puas menjadi kepala cabang utama kedua dari badan intelejen Shin Beth, yang bertanggungjawab menjaga keamanan dalam negeri.
Seperti biasa, Isser bekerja dengan rajin pada jabatan barunya ini. Namun, ia adalah seoorang yang arogan dan ambisius, terlalu ambisius untuk merasa puas dalam waktu lama. Segera setalah Ben Gurion melakukan reorganisasi terhadap badan intelejen Israel, Isser “si kecil” mulai melakukan kampanye seorang diri untuk memperoleh kuasa penuh atas seluruh badan intelejen.
Cukup luar biasa bahwa kampanye berhasil. Dalam waktu kurang dari setahun, ia berhasil meyakinkan kepala Mossad untuk mengundurkan diri. Lima bulan kemudian, Isser pun menggantikannya menjadi kepala Mossad. Tak lama kemudian, Isser mengambil alih Aliyah Beth yang waktu itu masih berfungsi. Ia pun segera menjadi ketua komite badan rahasia yang bertanggung jawab mengawasi kegiatan-kegiatan berbagai cabang badan keamanan.
Sekarang Isser, benar-benar menjadi “Memuneh” pimpinan tertinggi dinas-dinas rahasia Israel. Selama lebih dari satu dasawarsa, ia mengendalikan operasi-operasi intelejen nyaris di bawah satu tangan. Hanya bertanggungjawab kepada Ben Gurion, sesungguhnya ia adalah orang terkuat kedua di Israel.
Isser terobsesi akan kerahasiaan, yang berawal dari masa-masa ketika menjaddi komandan Shai untuk wilayah Tel Aviv. Setelah perang dunia 2 berakhir, ia telah mengumpulkan sangat banyak arsip berisi berbagai informasi keamanan dalam negeri, para penjahat perang Nazi, serta segala sesuatu yang menurutnya akan berguna di kemudian hari nanti.
Karena pihak inggris akan menemukan arsipnya yang sangat berharga, Isser menyewa apartemen kecil di Tel Aviv dan membangun selapis dinding bata palsu dengan jalan masuk rahasia. Di sinilah ia menyimpan dokumennya selama berbulan-bulan. Pasukan Inggris menggeledah apartemen itu beberapa kali, namun tak pernah menemukan ruangan kecil ini.
Tetapi itupun belum cukup untuk Isser.
Pada suatu hari, ketika mengendarai mobil berkeliling wilayah pedesaan dekat Tel Aviv, ia melihat sekelompok orang yang tengah membangun apartemen. Hal Ini menimbulkan gagasan di benaknya. Ia menghentikan mobil dan, setelah mendekati pengawas bangunan itu. Setelah berbicara dengan beberapa orang diantara mereka, Isser memanggil satu orang yang menurutnya dapat dipercaya dan memintanya mengerjakan suatu hal kecil.
Ia ingin membuat satu ruangan di tengah-tengah bangunan itu untuk menyimpan arsip-arsipnya. Ruangan itu tidak boleh diketahui siapapun, termasuk orang-orang yang membangun gedung itu dan arsiteknya. Si buruh membuat ruangan itu, dan di sinilah Isser menyembunyikan arsipnya hingga Inggris meninggalkan negeri itu dan hingga ia dapat membangun markas besar yang layak di Jaffa.
Kerahasiaan Isser menjadi semcam legenda. Ada satu anekdot tentang hal ini yang tersebar luas, bahwa pada suatu hari, Isser melambaikan tangan memanggil taxi di Tel Aviv. Ketika sopir taksi menanyakan tujuannya, ia menjawab singkat bahwa tujuannnya adalah rahasia.
Bertahun-tahun tetangga-tetangga Isser tak mengetahui pekerjaannya. Mereka hanya tahu bahwa ia terkait dengan urusan militer. Namun, mereka tak pernah mengetahui tentang badan rahasia yang dipimpinnya maupun pangkatnya yang letnan colonel. Seorang penjaga toko yang pernah melihatnya mengenakan seragam lengkap berkata. “bagaimana mungkin seorang kecil yang pendiam seperti kamu bisa menjadi perwira penting?”
Pada umumnya, para tetangga merasa kasihan terhadap pria agak botak yang sesekali terlihat pergi berbelanja untuk isterinya, yang mereka panggil dengan sebutan “Amazon”. Mereka beranggapan bahwa ia pasti mengalami kesulitan di rumah. Padahal, perlu diketahui, yang pernah memerintahnya hanya isterinya, Rivkah, dan Ben Gurion.
Di kantor Isser “si kecil” berubah menjadi raksasa. Agen-agennya menghormati dan takut kepadanya.
“Jika Isser memandang anda,” kata salah seorang di antara mereka, Anda merasa bagai di penjara”
Yang lain menambahkan : “Ia memiliki mata biru yang tajam dan dingin, yang seolah-olah menembus pikiran anda yang paling dalam bagaikan sebilah pisau tajam. Ia selalau memandang orang dihadapinya secara angsung ke matanya. Ia tak pernah berpaling. Semakin lama ia memandang anda, semakin ia mengancam diri anda”.
“Anda selalu bersalah. Desakan untuk mengalah dan mengaku meski anda tak bersalah dan tak memiliki apa pun untuk diakui, kadangkala tak tertahankan.”
Isser Harel memang berbakat untuk menjadi mata-mata. Selama dasawarsa ketika ia menjadi kepala mata-mata. Israel, Isser telah merencanakan gerakan-gerakan spionase yang paling berani di negerinya. Karena merasa tak puas dengan hanya duduk-duduk di balik meja dan memberikan perintahperintah, ia sering turun untuk memimpin operasi langsung di lapangan. Ia benar-benar menikmati mengejar buruan.
Berulang kali, intuisi menuntunnya kepada penafsiran yang tepat akan berbagai peristiwa, ketika logika tampaknya menuju kearah yang berlawanan. Bahkan rekan-rekan terdekatnya merasa bahwa ia seolah-olah memiliki antena yang tak pernah mengecewakannya di dalam tubuhnya, terutama pada saat-saat kritis. Ia sangat pandai mengenali bakat seseorang, dan pangkat orang-orang yang berbakat serta teguh hati akan cepat naik.
Isser adalah penyendiri dan selalu bekerja sendirian. Bahkan, selama bertahun-tahun mengenalnya, Rivkah, isterinya, tak pernah berani menanyakan operasi apa yang sedang dijalankannya jika ada sesuatu yang jelas-jelas mengacaukan pikiran Isser.
Hanya sekali, karena merasa kawatir akan ketidakhadiran Isser yang tak bisa dijelaskan, Rivkah bertanya kepada Perdana Menteri : “Beritahu saya, apa yag terjadi atas diri suami saya? Ia ada dimana?” Namun, ketika itu, Ben Gurion pun tak dapat menjawab : Ia tak tahu sedkitpun dimana kepala dinas intelejennya yang gemar berahasia itu berada.
Sejak awal, Rivkah telah belajar untuk tak bertanya-tanya tentang pekerjaan suaminya, namun ia memiliki teknik spionasenya sendiri. Jika ada urusan penting sedang dibicarakan di ruang keluarga rumah mereka, ia akan bolak-balik membawakan kopi panas dan piring-piring berisi kue-kue. “Makanlah, nampaknya kalian lapar,” sindirnya kepada Isser dan tamu-tamunya. Dari potongan percakapan yang di dengarnya, ia bisa menarik kesimpulan sendiri.
Isse kurang memiliki rasa hormat terhadap hal-hal yang menurutnya merupakan perilaku semborono. Ia percaya mengenakan dasi adalah salah satu tanda “kemerosotan moral borjuis” dan menolak memiliki dasi, meskipun hanya sehelai. Ketika pergi ke eropa untuk mengadakan pertemuan dengan para pejabat pemerintah terkemuka, barulah ia setuju untuk berkompromi dengan prinsip-prinsipnya. Salah satu anak buahnya membelikan sebuah dasi untuknya dan harus mengajarkan cara mengikat dasi kepada bosnya.
Satu-satunya kegiatan Isser untuk bersosialisasi adalah pertemuan mingguan yang diselenggarakan di rumahnya. Setiap rabu malam, beberapa tokoh terpenting Israel : Para jenderal, menteri, negarawan, dan orang-orang yang pekerjaannya tak diketahui seorang pun dengan pastii, berkumpul di sana untuk minum kopi dan makan kue-kue yang terbuat dari biji candu atau poppy seed.
Ketika ditanyakan mengenai apakah teman-teman akrabnya juga hadir dalam pertemuan mingguan itu, salah seorang anggota keluarganya tampak bingung dan menjawab : “Teman? Ia kenal siapa saja, dan mereka pun mengenalnya. Namun, saya rasa ia tak memiliki teman. Ia tak mempercayai siapapun, termasuk kami.
Tak setitik pun noda skandal moral maupun keuangan menyentuh nama Isser. Sebagai seorang yang setia kepada keluarga, sikapnya nyaris seperti orang-orang Puritan (sikap hidup yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang ketat) yang fanatic. Pada suatu ketika, ia mendapati seorang agen penting berkata pada isterinya bahwa ia sedang “menjalankan tugas”. Padahal, ia sedang bersama kekasih gelapnya di tempat peristiraahatan di pantai selama seminggu. Isser segera memecatnya tanpa ragu.
Isser meremehkan materi dan hal ini berakibat baik bagi Israel karena Isser tak bersedia menjawab pertanyaan apapun tentang penggunaan anggaran belanja Mossad kepada siapapun, termasuk kepada menteri-menteri di pemerintahan. Hingga sekarang, Isser tetap tinggal di rumah sangat sederhana dengan pekarangan kecil namun rapi, rumah yang sudah ditinggalinya selama hampir seluruh masa jabatannya.  Cara hidupnya sangat sederhana membuat tak menjadi korup, Isser sangat mempercayai agen-agennya, terutama mereka yang harus menjalankan tugas berbahaya di luar negeri. Ia merasa perlu untuk mempelajari kehidupan pribadi mereka dan akan membantu menyelesaikan persoalan-persoalan keluarga mereka secara pribadi jika ia bisa. Meskipun demikian, tak seorangpun memperoleh kebebasan jika bersamanya, meskipun hanya sedikit. Ia sama sekali tidak memiliki rasa humor. Hal paling mirip gurauan yang pernah didengar orang dari mulutnya hanya ketika ia berkata, “Yang tak merasa takut terhadap mata biruku hanya anjing dan anak-anak”.
Perilaku jika sedang kesal sungguh menakutkan. Seorang agen yang
Lambang Mossad
melakukan kekeliruan secara tidak disengaja harus menjalani pemeriksaan silang yang kejam di tangan Isser. Kekeliruan agen ini telah membuat pemerintah merasa malu, namun Isser tak memecatnya. Ketika keluar dari kantor atasannya dengan wajah pucat dan tubuh gemetar karena dimarahi habis-habisan, agen itu berkata : “Jika Isser masih tinggal di Rusia, ia yang akan menjadi kepala KGB (Komite Gosudarstvennoy Bezopasnosti, artinya Komite Keamanan Negara, Dinas Rahasia Rusia) Beria (Lavrently Pavlovich Beria 1899-1953, politisi serta Kepala Keamanan dan Kepolisian Soviet yang melaksanakan pembersihan besar-besaran yang dicanangkan Stalin pada masa 1930-an) si mosterpun akan dimakannya sebagai sarapan pagi”
Isser adalah pemimpin yang keras, namun ia membayar kembali pengabdian bawahannya dengan baik : Ia tak pernah meninggalkan agen yang sedang berada dalam kesulitan. Jika anak buahnya tertangkap, ia akan berusaha mati-matian untuk membebaskan mereka. Ia bersedia membayar berapa pun dalam bentuk emas atau lainnya sebagai penukar. Isser sangat menentang pandangan tradisional berbagai dinas rahasia yang mengatakan bahwa agen yang sudah dipenjarakan bisa dikorbankan.
Kepala-kepala bidang keamanan di Amerika Serikat dan Eropa yang mengenal Isser “si Kecil” sangat menghormati bakat profesionalnya. Ia cerdik, licik dan gemar akan duania permainan kotor serta spionase. Hobinya yang diketahui orang hanya opera dan novel-novel dektektif Agatha Christie. Novel-novel mata-mata, dengan sangat sedikit pengecualian, dipandang rendah olehnya : “Anak-anak buahku membuat para pahlawan seperti James Bond tampak amatir”
Inilah orang yang memimpin Mossad pada masa-masa pembentukannya. Tolok ukur  yang diitetapkannya dan gaya yang dikembangkannya masih dipertahankan oleh Mossad hingga sekarang.

1 comment:

  1. dua orang yang membangun mossad menjadi momok yang menakutkan dunia intelejen dunia......

    ReplyDelete

Trima kasih atas Kunjungannya..... Tolong..... tinggalkan komentar/pesan agar saya dapat belajar dan belajar, sehingga kelak blog ini dapat bermanfaat.....