BUKU MOSSAD MENGUAK TABIR DINAS INTELEJEN ISRAEL (DENIS EISENBERG, ELI LANDAU DAN URI
BAB I DUA ORANG BERNAMA ISSER
Di
sana, di lapangan berbatu di muka sebatang pohon zaitun berusia 4 ratus tahun
berdirilah seorang tawanan yang diborgol, jelas-jelas ia adalah seorang Yahudi
Di
hadapannya
6 orang pria bersenjata membentuk barisan tak teratur salah seorang
diantara mereka memiliki sepucuk senapan buatan inggris, seorang lagi
membawa
sepucuk senapan mesin buatan Cekoslowakia dan 2 orang lainnya membawa
barang-barang yang pantas dimasukan ke museum serta pernah melihat
matahari Jerman tepat sebelum perang dunia 1, beberapa orang dari ke-6
tentara ini mengenakan pakaian kepar kumal yang lain
mengenakan jaket olahraga, dan seorang lain lagi mengenakan pakaian yang
sangat
di banggakan, yaitu “seragam ski tentara rusia”.
Keenam
tentara yang pakaiannya beraneka ragam ini adalah anggota-anggota Zahal, angkatan
bersenjata Israel yang baru diibentuk.
Para
penghuni desa Beit Je’ez tak mendapati sesuai yang luar biasa ketika melihat
tentara-tentara bersenjata ini. Proklamasi kemerdekaan Israel yang terjadi
hanya beberapa minggu sebelumnya, yatu pada 14 mei, telah menimbulkan
peperangan sengit antara Negara baru ini dengan tentara-tentara penyerbu dari Yordania,
Suriah, Irak, Mesir dan Libanon. Para penghuni desa-desa Palestina dan para
gerlyawan bergabung dalam perang ini di bawah satu slogan, yaitu “Bunuh Semua
Orang Yahudi”.
Pada
11 juni, gencatan senjata di umumkan, namun hal itu ternyata hanya sekedar
siasat untuk menarik napas. Pasukan-pasukan Arab kembali menyusun barisan untuk
mengadakan seragan baru. Israel, dibawah pimpinan David Ben-Gurion, berusaha
mengatur diri. Senajata, perbekalan, dan imigran-imigran baru mengalir masuk ke
Israel, banyak diantara mereka adalah orang-orang yang pernah menghuni kamp-kamp
konsentrasi. Berbagai pasukan bawah tanah digabung menjadi 1 angkatan
bersenjata meskipun ada keberatan dari beberapa anggotanya
Namun,
di bukit-bukit sekitar jalan dari Tel Aviv ke Yerusalem, pertempuran tak pernah
berhenti. Setelah terjadi beberapa pertempuran paling sengit, kota Yerusalem lama
jatuh ke tangan Raja Abdullah dari Yordania.
Isser Be'eri |
Pasukan-pasukan
arab yang berpangkalan di bukit-bukit disekitar jalan itu melepaskan
berondongan peluru yang tak henti-hentinya setiap kali kendaraan pengangkut
perbekalan berusaha lewat. Untuk membokong para penyerang, kelompok-kelompok
tentara yahudi bertempur melawan gerombolan-gerombolan desa arab bersenjata di
bukit-bukit dan bunyi tembakan terus terdengar dimana-mana.
Tetapi,
diantara puing-puing desa Bet Je’es,
seregu tentara Israel hendak melaksakan eksekusi terhadap salah seorang warga
Negara mereka.
Satu
jam sebelumnya, seorang perwira senior tiba disana dan memberitahu komandan
setempat untuk menyusun regu tembak yang akan menghukum mati seorang
pengkhianat. Operasi-operasi pembersihan pasukan musuh dii tunda dan setengah
lusin orang di pilih di antara ke enam orang itu, dua orang diminta untuk tak
ambil bagian mereka di gantikan oleh dua orang lainnya. Sekarang, di lapangan
gersang berbatu, pelaksana hukuman mati menghadap si terdakwa, kapten Meiyer
Tobiansky dengan perasaan enggan.
Orang-orang
Zahal yang melihat adegan ini tertegun sejenak. Dari satu kelompok ke kelompok
lainnya, terdengar sayup-sayup seruan tak percaya : “lihatlah tindakan
yang mereka lakukan terhadap orang
yahudi pengkhianat!”. Hati mereka berat, pengkhiatan atau bukan, Tobianski
adalah orang yahudi juga, ia telah lama mengabdi dengan baik dalam pasukan
Haganah. Ketika regu tembak membidik, pengabdian itu tak diperhitungkan. Semua
orang yang melihat terdiam seribu bahasa, baik orang-orang arab maupun
orang-orang yahudi.
Dua
tembakan menggelegar dan tubuh Meiyer Tobianski yang tak bernyawa terjungkal ke
tanah. Darah membasahi bajunya dan mengalir ke tanah gersang di desa Beit
Je’ez. Ia terkapar di sana untuk beberapa lama, tertelungkup dekat sebatang
pohon kaktus kemudian, para tentara membawa ke lereng bukit yang jauh dari desa
untuk dikuburkan secara rahasia. Tak lama kemudian, merekapun kembali melakukan
tugas-tugas rutin.
Ketika
berita kematian Tobianski sampai ke telinga Isser Be’eri, ia menulis “misi
telah dilaksanakan” dalam buku hariannya.
Be’eri adalah orang memerintahan hukuman mati itu.
Lahir
di Polandia pada tahun 1901, Be’eri (yang sebenarnya bernama Bernzwig) datang
ke palestina sebagai perintis muda berusia 20 tahun. Setelah bekerja sebagai
buruh kasar di Haifa ia mendirikan perusahan kontraktornya sendiri, namun
bangkrut dalam setahun, karena kecewa ia kembali ke polandia, namun tak lama sesudahnya
ia kembali ke palestina.
Pada
tahun 1938, Be’eri menjadi pejuang bawah tanah purna waktu. Perintis yang
tinggi ramping ini bekerja dengan baik dan orangnya cepat tanggap. Pada tahun
1948, ketika Negara Israel memperoleh kemerdekaan, ia sudah berpangkat letnan kolonel
dan menjadi pemimpin Shai, cabang intelejen Haganah. Dalam tugasnya, terutama
mengenai masalah keamanan, ia di kenal sebagai seorang perwira yang cemerlang.
Perang
kemerdekaan membuat Be’eri dan orang-orang dibawah komandonya menghadapi sangat
banyak masalah. Ia harus senantiasa memperluas jaringan agen-agennya yang
bertugas memberitahukan gerakan-gerakan dan strategi-strategi pasukan musuh.
Waktu tidurnya hanya sedkit dan ia berada dibawah tekanan yang sangat besar dai
berbagai pihak.
Persoalan
menjadi semakin rumit dengan ditemukannya kebocoran dalam masalah keamanan di
yerusalem. Satuan-satuan altileri Yordania yang ditempatkan di bukit-bukit yang
menghadap ke yerusalem berkali-kali melepaskan berondongan maut terhadap
instalasi-instalasi militer penting milik Israel. Bahkan, ketika satuan-satuan
pertahanan kota bergerakk secara rahasia dalam kegelapan malam menempati posisi
baru, peluru-peluru tentara yordania akan menghujani mereka pada dini harinya.
Tak
ada lagi keraguan mengenai hal itu : Terdapat mata-mata di tengah-tengah
pasukan Israel yang memberikan informasi akurat kepada pasukan artileri musuh
setiap beberapa jam sekali.
Ben-Gurion
memanggil kepala dinas intelejennya. Dalam tiga kalimat singkat, ia
mengemukakan fakta ini kepada Be’eri yang setia dan menambahkan dengan kasar:
“Apa yang selama ini kalian kerjakan? Temukan mata-mata itu segera”.
Tugas
menutup kebocoran rahasia keamanan ini menjadi prioritas utama. Bahkan, setelah
gencatan senjata di umumkan. Keadaannya sangat genting karena pertempuran pasti
akan dilanjutkan segera setalah kedua
belah pihak dipersenjatai kembali.
Akhirnya
kecurigaan jatuh pada Meir Tobianski. Sebelum bergabung dengan bergabung dengan
Haganah, ia menjadi anggota angkatan bersenjata inggris dan diketahui sering
pergi minum-minum bersama perwira Inggris. Melalui mereka, Tobianski dapat
menyampaikan informasi kepada orang-orang yordania dengan mudah.
Pada
30 Juni, Be’eri menerima laporan tentang Tobianski, yang berupa
potongan-potongan inormasi yang dikumpulkan dari lapangan dan satu laporan
intelejen standar.
Ia
memerintahkan Tobianski di tahan.
Pada
dini hari berikutnya, sekelompk agen
rahasia menjemput Tobianski di rumahnya. Ia memberitahu istrinya, Lena,
bahwa ia hanya akan pergi beberapa jam.
Jelas
bahwa ia tak tahu sedikit pun tentang tuduhan yang diihadapinya. Pada
“pengadilan militer” ad Hoc yang
segera dilaksanakan, ia di interogasi selama beberapa jam oleh sekelompok
perwira senior Israel. Si terdakwa mengaku bahwa ia memang bergaul dengan tentara
inggis dan banyak diantara mereka yang menjadi teman-teman akrabnya.
Tetapi
ia menyangkal telah melakukan kegiatan mata-mata untuk inggris, serta membantah
keras bahwa teman-teman minumnya telah menyampaikan informasi tentang posisi
pasukan Haganah kepada tentara yordania.
Secara
singkat, “pengadilan militer” menolak pembelaannya, dan beberapa jam kemudian,
tubuh Meir Tobianski sudah terkapar di lapangan gersang di luar desa Beit
Je’ez.
Lena
Tobianski segera melapor ke polisi bahwa suaminya hilang, tentu saja mereka
tidak bisa menduga di mana ia berada. Usaha-usaha untuk mencari tahu melalui
teman-teman dalam angkatan bersenjata juga tidak membuahkan hasil.
Akhirnya,
berita resmi tentang kematian muncul dalam surat kabar. Ia di hukum mati karena
membocorkan informasi kepada pihak musuh, demikian bunyi berita itu.
Karena
sangat yakin bahwa suaminya tak bersalah, nyonya Tobianski mendatangi semua
pihak berwenang yang di ketahuinya untuk meminta bantuan memulihkan nama baik
suaminya. Semua orang bersimpati, tetapi tak seorang pun bisa membantu.
Akhirnya,
ia menulis surat pribadi kepada Ben Gurion.
Sang
perdana menteri sangat sibuk menangani masalah-masalah yang mengelilinginya
siang-malam, namun, ia tak dapat mengabaikan tuntutan-tuntutan “ketidakadilan
mengerikan” dari wanita malang itu. Di kemudian hari, salah seorang pembantu
Ben Gurion mengatakan bahwa sang perdana menteri “benar-benar merasakan adanya
sesuatu yanh tidak beres. Ia menyadari hal ini dengan cepat”.
Dalam
surat yang di tulis dengan tangannya sendiri, Ben Gurion berjanji kepada Lena
Tobianski bahwa bahwa ia akan memperhatikan masalah ini. “Saya tidak dapat
mengatakan apa ia bersalah atau tidak” tulisnya. Tetapi ia merasakan adanya
sesuatu yang dalam bahasa ibrani di sebut Lo Beseder, yang artinya “tidak
beres”. Sang perdana menteri mengatakan kepada wanita itu bahwa penyelidikan
resmi akan dilaksanakan, dan sementara itu, Lena dan puteranya akan di urus
oleh Negara.
Penyelidikan
ini berpuncak pada penahanan Isser Be’eri, orang yang memrintahkan agar
Tobianski diadili oleh mahkamah militer.
Ketika
dihadapkan ke pengadilan pada agustus 1948, Be’eri bersikeras bahwa ia tak
bersalah tas tuduhan-tuduhan bahwa ia bertindak wajar.
“Saya
telah mengangkat tiga hakim untuk mengadili Tobianski,” kata Be’eri. Saya
bertindak sebagai jaksa penuntut. Mereka mendengarkan bukti-bukti dan
menyetujui permohonan saya agar ia di jatuhi hukuman mati. Kami tahu bahwa
Tobianski adalah seorang peminum berat dan hidup jauh diatas pendapatannya.
Karena kejahatan yang dilakukannya sedemikian berat, hukuman mati harus segera
dilaksanakan. Kalian harus ingat bahwa hari ini berlangsung dalam keadaan
perang. Perang yang membawa maut. Saya telah melaksanakan tugas
Pengadilan
mendengarkan cerita tentang Tobianski yang memohon belas kasihan ketika regu
tembak membidikan senjata kearahnya. “Saya telah bekerja untuk Haganah selama
dua puluh dua tahun setidak-tidaknya, izinkan saya mengirim pesan untuk putera
saya pintanya”.
Permohonan
ini di tolak.
Sekarang
hakim-hakim yang mengadili Isser Be’eri memutuskan bahwa cara yang dilakukan
oleh mahkamah militer darurat itu sama sekali tidak sah. Tobianski tak diberi
hak dasar untuk didampingi seorang pengacara untuk membelanya. Keputusan
mahkamah itu pun tak diteguhkan oleh badan yang lebih tinggi dan si tertuduh
tak diperkenankan naik banding. Buku petunjuk,
Namun,
pengadilan juga tahu bahwa peristiwa ini terjadi pada masa yang sangat sulit.
Baik Be’eri maupun Tobianski adalah korban-korban hysteria mata-mata yang
berlangsung waktu itu. Ketegangan semakin di perparah karena tidak adanya
pedoman bertindak. Tak ada preseden, tak ada tradisi yang bisa dijadikan
panduan akan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap seseorang yang
diicurigai sebagai pengkhianat.
Isser
Be’eri pun bukan seorang jahat. Ia benar-benar mengabdikan diri pada tugasnya.
Patriotismenya tidak diragukan lagi. Tak terdapat satupun tanda-tanda
kebobrokan yang pernah dilakukannya. Jelas bahwa ia memerintahkan pelaksanaan
hukuman mati terhadap Tobianski karena merasa yakin bahwa orang itu mata-mata.
Meskipun
demikian, jelas kata majelis pengadilan, keadilan harus ditegakkan. Be’eri
diputuskan bersalah, hukumannnya adalah dipenjara mulai matahari terbit hingga
terbenam, yang berarti ia bisa luput dari rasa malu karena menginap semalam di
penjara.
Namun,
bagi orang seperti Isser Be’eri, hukuman itu sama dengan kematian. Meskipun
Presiden Chaim Weizmann (1874-1952, presiden pertama israel) mengampuninya dan
ia tak pernah meringkuk di balik terali besi, ia merasa dipermalukan di hadapan
orang-orang senegaranya. Oleh karena itu, ia terpaksa menarik diri dari
kehidupan bermasyarakat dan meninggal pada tahun 1958 sebagai orang yang hati
hancur.
Hukuman
mati terhadap Meir Tobianski merupakan hal penting dalam sejarah Mossad karena,
selain mengakibatkan jatuhnya Isser Be’eri, peristiwa ini juga menyebabkan
munculnya orang lain yang akhirnya tidak hanya mengendalikan Mossad, namun
seluruh badan intelejen Israel. Orang istimewa ini bernama Isser Harrel, yang
telah membuat jauh lebih banyak daripada orang-orang lainnya dalam membentuk
Mossad menjadi seperti sekarang ini.
Isser Harrel |
Segera
setelah tiba di palestina, Isser bekerja di suatu Kibbutz (suatu komunitas di
pemukiman-pemukiman Israel yang propertinya dimiliki secara kolektif dan
penduduknya juga bekerja secara kolektif, biasanya berupa komunitas pertanian,
perdagangan, atau industri) dekat Herzliya yang hanya berjarak beberapa
kilometer dari Tel Aviv. Dengan begitu rajin, ia bekerja di sela-sela pohon
jeruk hingga dijuluki “Stakhnovitch”, suatu rujukan terhadap seorang buruh
tambang batu bara Rusia. Alexei Stakhanov, namanya disamakan dengan
produktifitas tinggi. Isser belajar bahasa ibrani dengan cepat namun logat
rusianya tak benar-benar hilang. Di antara sesama penghuni-penghuni Kibbutz itu, ia dikenal sebagai orang
yang serius dan agak keras.
Sebaliknya,
Rivkah, wanita kelahiran Polandia yang dinikahi Isser di Kibbutz, adalah seorang periang yang penuh semangat. Ia gemar menyanyi,
menari, dan menunggang kuda. Mereka tinggal di Kibbutz selama lebih kurang tiga belas tahun dan awalnya tinggal di
kemah yang di pasang di atas bukit pasir. Pada tahun 1943, mereka meninggalkan Kibbutz, ketika beberapa anggota lain
tak bersedia meminta maaf kepada Isser, karena suatu hal yang menurut
pendapatnya merupakan penghinaan yang ditujukan kepadanya. Berangkat tanpa
harta apapun selain pakaian yang melekat di tubuh, Isser dan Rivkah membangun
rumah di Tel Aviv.
Mereka
berdua bekerja sepanjang hari, tetapi Isser juga bergabung dengan Haganah,
tentara bawah tanah Yahudi yang ketika itu bertempur melawan gerombolan
bandit-bandit arab yang berbahaya. Hanya dalam beberapa bulan, ia sudah
mendapati dirinya bekerja di unit intelejen.
Isser
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan para atasannya menaikkan
pangkatnya. Segera saja ia menjadi pemimpin regu, dan setelah Perang Dunia 2
berakhir, ia menjadi komandan Shai untuk wilayah Tel Aviv. Ia memangku jabatan
ini selama beberapa tahun.
Pada
masa inilah Isser Harel menjadi dikenal dengan julukan Isser “ Si Kecil”.
Tinggi tubuhnyalah yang membuatnya memperoleh julukan ini. Namun, alasan yang
lebih penting adalah perlunya membedakan antara ia dengan seorang lain yang
juga bernama Isser, yaitu Isser Be’eri. Kedua orang itu sangat terkenal di
kalangan tertentu dan kekacauan dalam membedakan keduanya mempersulit
percakapan-percakapan di kalangan para pemimpin militer dan intelejen.
Di
masa-masa antara perang dunia 2 dan perang kemerdekaan Israel, Isser “si kecil”
menjalankan tugas dengan gagah berani dan rajin. Ia mengabdi tanpa syarat
kepada Ben Gurion, yang dihormati dan pujaannya tanpa keraguan sedikit pun. Tak
heran jika ia berharap bahwa dengan kejatuhan Isser Be’eri dari jabatannya pada
desember 1948, ia yang akan diangkat menggantikannya sebagai kepala Shai.
Namun,
jabatan itu ternyata jatuh ketangan seorang perwira kelahiran polandia bernama
Chaim Herzog dan Isser “si Kecil” harus puas menjadi kepala cabang utama kedua
dari badan intelejen Shin Beth, yang bertanggungjawab menjaga keamanan dalam
negeri.
Seperti
biasa, Isser bekerja dengan rajin pada jabatan barunya ini. Namun, ia adalah
seoorang yang arogan dan ambisius, terlalu ambisius untuk merasa puas dalam
waktu lama. Segera setalah Ben Gurion melakukan reorganisasi terhadap badan
intelejen Israel, Isser “si kecil” mulai melakukan kampanye seorang diri untuk
memperoleh kuasa penuh atas seluruh badan intelejen.
Cukup
luar biasa bahwa kampanye berhasil. Dalam waktu kurang dari setahun, ia
berhasil meyakinkan kepala Mossad untuk mengundurkan diri. Lima bulan kemudian,
Isser pun menggantikannya menjadi kepala Mossad. Tak lama kemudian, Isser
mengambil alih Aliyah Beth yang waktu itu masih berfungsi. Ia pun segera
menjadi ketua komite badan rahasia yang bertanggung jawab mengawasi kegiatan-kegiatan
berbagai cabang badan keamanan.
Sekarang
Isser, benar-benar menjadi “Memuneh”
pimpinan tertinggi dinas-dinas rahasia Israel. Selama lebih dari satu
dasawarsa, ia mengendalikan operasi-operasi intelejen nyaris di bawah satu
tangan. Hanya bertanggungjawab kepada Ben Gurion, sesungguhnya ia adalah orang
terkuat kedua di Israel.
Isser
terobsesi akan kerahasiaan, yang berawal dari masa-masa ketika menjaddi
komandan Shai untuk wilayah Tel Aviv. Setelah perang dunia 2 berakhir, ia telah
mengumpulkan sangat banyak arsip berisi berbagai informasi keamanan dalam
negeri, para penjahat perang Nazi, serta segala sesuatu yang menurutnya akan
berguna di kemudian hari nanti.
Karena
pihak inggris akan menemukan arsipnya yang sangat berharga, Isser menyewa
apartemen kecil di Tel Aviv dan membangun selapis dinding bata palsu dengan
jalan masuk rahasia. Di sinilah ia menyimpan dokumennya selama berbulan-bulan.
Pasukan Inggris menggeledah apartemen itu beberapa kali, namun tak pernah
menemukan ruangan kecil ini.
Tetapi
itupun belum cukup untuk Isser.
Pada
suatu hari, ketika mengendarai mobil berkeliling wilayah pedesaan dekat Tel
Aviv, ia melihat sekelompok orang yang tengah membangun apartemen. Hal Ini
menimbulkan gagasan di benaknya. Ia menghentikan mobil dan, setelah mendekati
pengawas bangunan itu. Setelah berbicara dengan beberapa orang diantara mereka,
Isser memanggil satu orang yang menurutnya dapat dipercaya dan memintanya
mengerjakan suatu hal kecil.
Ia
ingin membuat satu ruangan di tengah-tengah bangunan itu untuk menyimpan
arsip-arsipnya. Ruangan itu tidak boleh diketahui siapapun, termasuk
orang-orang yang membangun gedung itu dan arsiteknya. Si buruh membuat ruangan
itu, dan di sinilah Isser menyembunyikan arsipnya hingga Inggris meninggalkan
negeri itu dan hingga ia dapat membangun markas besar yang layak di Jaffa.
Kerahasiaan
Isser menjadi semcam legenda. Ada satu anekdot tentang hal ini yang tersebar
luas, bahwa pada suatu hari, Isser melambaikan tangan memanggil taxi di Tel
Aviv. Ketika sopir taksi menanyakan tujuannya, ia menjawab singkat bahwa
tujuannnya adalah rahasia.
Bertahun-tahun
tetangga-tetangga Isser tak mengetahui pekerjaannya. Mereka hanya tahu bahwa ia
terkait dengan urusan militer. Namun, mereka tak pernah mengetahui tentang
badan rahasia yang dipimpinnya maupun pangkatnya yang letnan colonel. Seorang
penjaga toko yang pernah melihatnya mengenakan seragam lengkap berkata.
“bagaimana mungkin seorang kecil yang pendiam seperti kamu bisa menjadi perwira
penting?”
Pada
umumnya, para tetangga merasa kasihan terhadap pria agak botak yang sesekali
terlihat pergi berbelanja untuk isterinya, yang mereka panggil dengan sebutan
“Amazon”. Mereka beranggapan bahwa ia pasti mengalami kesulitan di rumah.
Padahal, perlu diketahui, yang pernah memerintahnya hanya isterinya, Rivkah,
dan Ben Gurion.
Di
kantor Isser “si kecil” berubah menjadi raksasa. Agen-agennya menghormati dan
takut kepadanya.
“Jika
Isser memandang anda,” kata salah seorang di antara mereka, Anda merasa bagai
di penjara”
Yang
lain menambahkan : “Ia memiliki mata biru yang tajam dan dingin, yang
seolah-olah menembus pikiran anda yang paling dalam bagaikan sebilah pisau
tajam. Ia selalau memandang orang dihadapinya secara angsung ke matanya. Ia tak
pernah berpaling. Semakin lama ia memandang anda, semakin ia mengancam diri
anda”.
“Anda
selalu bersalah. Desakan untuk mengalah dan mengaku meski anda tak bersalah dan
tak memiliki apa pun untuk diakui, kadangkala tak tertahankan.”
Isser
Harel memang berbakat untuk menjadi mata-mata. Selama dasawarsa ketika ia
menjadi kepala mata-mata. Israel, Isser telah merencanakan gerakan-gerakan
spionase yang paling berani di negerinya. Karena merasa tak puas dengan hanya
duduk-duduk di balik meja dan memberikan perintahperintah, ia sering turun
untuk memimpin operasi langsung di lapangan. Ia benar-benar menikmati mengejar
buruan.
Berulang
kali, intuisi menuntunnya kepada penafsiran yang tepat akan berbagai peristiwa,
ketika logika tampaknya menuju kearah yang berlawanan. Bahkan rekan-rekan
terdekatnya merasa bahwa ia seolah-olah memiliki antena yang tak pernah
mengecewakannya di dalam tubuhnya, terutama pada saat-saat kritis. Ia sangat
pandai mengenali bakat seseorang, dan pangkat orang-orang yang berbakat serta teguh
hati akan cepat naik.
Isser
adalah penyendiri dan selalu bekerja sendirian. Bahkan, selama bertahun-tahun
mengenalnya, Rivkah, isterinya, tak pernah berani menanyakan operasi apa yang
sedang dijalankannya jika ada sesuatu yang jelas-jelas mengacaukan pikiran
Isser.
Hanya
sekali, karena merasa kawatir akan ketidakhadiran Isser yang tak bisa
dijelaskan, Rivkah bertanya kepada Perdana Menteri : “Beritahu saya, apa yag
terjadi atas diri suami saya? Ia ada dimana?” Namun, ketika itu, Ben Gurion pun
tak dapat menjawab : Ia tak tahu sedkitpun dimana kepala dinas intelejennya
yang gemar berahasia itu berada.
Sejak
awal, Rivkah telah belajar untuk tak bertanya-tanya tentang pekerjaan suaminya,
namun ia memiliki teknik spionasenya sendiri. Jika ada urusan penting sedang
dibicarakan di ruang keluarga rumah mereka, ia akan bolak-balik membawakan kopi
panas dan piring-piring berisi kue-kue. “Makanlah, nampaknya kalian lapar,”
sindirnya kepada Isser dan tamu-tamunya. Dari potongan percakapan yang di
dengarnya, ia bisa menarik kesimpulan sendiri.
Isse
kurang memiliki rasa hormat terhadap hal-hal yang menurutnya merupakan perilaku
semborono. Ia percaya mengenakan dasi adalah salah satu tanda “kemerosotan
moral borjuis” dan menolak memiliki dasi, meskipun hanya sehelai. Ketika pergi
ke eropa untuk mengadakan pertemuan dengan para pejabat pemerintah terkemuka,
barulah ia setuju untuk berkompromi dengan prinsip-prinsipnya. Salah satu anak
buahnya membelikan sebuah dasi untuknya dan harus mengajarkan cara mengikat
dasi kepada bosnya.
Satu-satunya
kegiatan Isser untuk bersosialisasi adalah pertemuan mingguan yang
diselenggarakan di rumahnya. Setiap rabu malam, beberapa tokoh terpenting
Israel : Para jenderal, menteri, negarawan, dan orang-orang yang pekerjaannya
tak diketahui seorang pun dengan pastii, berkumpul di sana untuk minum kopi dan
makan kue-kue yang terbuat dari biji candu atau poppy seed.
Ketika
ditanyakan mengenai apakah teman-teman akrabnya juga hadir dalam pertemuan
mingguan itu, salah seorang anggota keluarganya tampak bingung dan menjawab :
“Teman? Ia kenal siapa saja, dan mereka pun mengenalnya. Namun, saya rasa ia
tak memiliki teman. Ia tak mempercayai siapapun, termasuk kami.
Tak
setitik pun noda skandal moral maupun keuangan menyentuh nama Isser. Sebagai
seorang yang setia kepada keluarga, sikapnya nyaris seperti orang-orang Puritan (sikap hidup yang berpegang teguh
pada nilai-nilai moral yang ketat) yang fanatic. Pada suatu ketika, ia
mendapati seorang agen penting berkata pada isterinya bahwa ia sedang “menjalankan
tugas”. Padahal, ia sedang bersama kekasih gelapnya di tempat peristiraahatan
di pantai selama seminggu. Isser segera memecatnya tanpa ragu.
Isser
meremehkan materi dan hal ini berakibat baik bagi Israel karena Isser tak
bersedia menjawab pertanyaan apapun tentang penggunaan anggaran belanja Mossad
kepada siapapun, termasuk kepada menteri-menteri di pemerintahan. Hingga
sekarang, Isser tetap tinggal di rumah sangat sederhana dengan pekarangan kecil
namun rapi, rumah yang sudah ditinggalinya selama hampir seluruh masa
jabatannya. Cara hidupnya sangat
sederhana membuat tak menjadi korup, Isser sangat mempercayai agen-agennya,
terutama mereka yang harus menjalankan tugas berbahaya di luar negeri. Ia
merasa perlu untuk mempelajari kehidupan pribadi mereka dan akan membantu
menyelesaikan persoalan-persoalan keluarga mereka secara pribadi jika ia bisa.
Meskipun demikian, tak seorangpun memperoleh kebebasan jika bersamanya,
meskipun hanya sedikit. Ia sama sekali tidak memiliki rasa humor. Hal paling
mirip gurauan yang pernah didengar orang dari mulutnya hanya ketika ia berkata,
“Yang tak merasa takut terhadap mata biruku hanya anjing dan anak-anak”.
Perilaku
jika sedang kesal sungguh menakutkan. Seorang agen yang
melakukan kekeliruan
secara tidak disengaja harus menjalani pemeriksaan silang yang kejam di tangan
Isser. Kekeliruan agen ini telah membuat pemerintah merasa malu, namun Isser
tak memecatnya. Ketika keluar dari kantor atasannya dengan wajah pucat dan
tubuh gemetar karena dimarahi habis-habisan, agen itu berkata : “Jika Isser
masih tinggal di Rusia, ia yang akan menjadi kepala KGB (Komite Gosudarstvennoy Bezopasnosti, artinya Komite Keamanan
Negara, Dinas Rahasia Rusia) Beria
(Lavrently Pavlovich Beria 1899-1953, politisi serta Kepala Keamanan dan Kepolisian
Soviet yang melaksanakan pembersihan besar-besaran yang dicanangkan Stalin pada
masa 1930-an) si mosterpun akan dimakannya sebagai sarapan pagi”
Lambang Mossad |
Isser
adalah pemimpin yang keras, namun ia membayar kembali pengabdian bawahannya
dengan baik : Ia tak pernah meninggalkan agen yang sedang berada dalam
kesulitan. Jika anak buahnya tertangkap, ia akan berusaha mati-matian untuk
membebaskan mereka. Ia bersedia membayar berapa pun dalam bentuk emas atau
lainnya sebagai penukar. Isser sangat menentang pandangan tradisional berbagai
dinas rahasia yang mengatakan bahwa agen yang sudah dipenjarakan bisa
dikorbankan.
Kepala-kepala
bidang keamanan di Amerika Serikat dan Eropa yang mengenal Isser “si Kecil”
sangat menghormati bakat profesionalnya. Ia cerdik, licik dan gemar akan duania
permainan kotor serta spionase. Hobinya yang diketahui orang hanya opera dan
novel-novel dektektif Agatha Christie. Novel-novel mata-mata, dengan sangat
sedikit pengecualian, dipandang rendah olehnya : “Anak-anak buahku membuat para
pahlawan seperti James Bond tampak amatir”
Inilah orang yang memimpin
Mossad pada masa-masa pembentukannya. Tolok ukur yang diitetapkannya dan gaya yang
dikembangkannya masih dipertahankan oleh Mossad hingga sekarang.
dua orang yang membangun mossad menjadi momok yang menakutkan dunia intelejen dunia......
ReplyDelete